Selasa, 03 Februari 2015

[Fanfiction] Handsome Ghost Part 1

Author : Nurlita aka @Litong4U
Cast : Kim Jongwoon/ Yesung (Super Junior), Song Hyun Woo (OC), Kim Nari (OC), Lee Sungmin (Super Junior), Cho Kyuhyun (Super Junior), and Other Cast.
Genre : Romance, Fantasy
Length : Oneshot
Rate :  T
Disclaimer : Semua Cast milik Tuhan dan emak bapaknya masing-masing. Aku tidak memiliki mereka semua. Hanya memakai mereka sebagai tokoh di fanfiction ini. Mungkin ada beberapa kesamaan alur maupun karekter ff ini dengan ff author-author yang lain. Namun itu tidak dilakukan dengan faktor kesengajaan.

Happy Reading, chingu-deul…. ^_^

Hyun Woo POV
Rutinitas pagi yang membosankan kembali menghampiriku. Bangun pagi, mandi kemudian berangkat ke sekolah. Aishh.. aku tidak mengerti kenapa orang seperti aku masih memerlukan pendidikan. Bukannya menyombong, tapi aku ini sebenarnya manusia paling sibuk dan tidak ada waktu untuk bermain-main di tempat yang bernama sekolah itu. Tapi paman Kim mengatakan kalau suatu saat nanti aku akan menyadari manfaat bersekolah. Seperti mencari pekerjaan yang lebih baik ataupun untuk mencari pacar. Ck..
Namaku Song Hyun Woo. Aku hidup sebatang kara di Seoul. Setelah ayah dan ibuku meninggal setahun yang lalu hanya paman Kim yang kupunya. Tidak buruk. Setidaknya dia adalah tipe paman-paman gaul yang hidup dengan ceria jadi aku sedikit ketularan aura positifnya. Sehari-hari dia bekerja sebagai seorang guru sekolah dasar. Rumah kami bersebelahan jadi aku sering bermain kerumahnya dan membantu dia menyusun laporan. Maklum, dia adalah guru sekolah dasar yang sedikit gaptek dengan tekhnologi. Dia terus-terusan merasa marah saat aku mengejeknya yang sedikit kaku di depan monitor.
“YA! Song Hyunwoo.. kau sudah bangun, kan?” teriak paman Kim didepan pintu rumahku. Dia menggedor-gedor pintu sangat keras membuat gendang telingaku sedikit sakit.
“Ya, aku sudah bangun. Tidak usah menggedor pintuku terlalu keras. Nanti pintuku rusak.”
Aku membuka pintu dengan sedikit malas. Dia pasti mulai marah-marah lagi karena aku sering terlambat berangkat ke sekolah beberapa hari terakhir.
“Itulah mengapa aku menyuruhmu tinggal dirumahku. Ada istriku yang akan merawatmu dengan baik.”
Aku menghela nafas dengan kesal. Sudah berkali-kali aku mengatakan padanya kalau aku lebih nyaman tinggal sendiri di rumahku daripada dirumahnya. Bukan apa-apa. Aku hanya kesal kalau harus mendengar dia menasehatiku tiada henti.
“Rumah kita kan bersebelahan, paman.” Sergahku dengan gusar.
“Kaja! Aku akan mengantarmu ke sekolah.”
“Aniyo!” tolakku cepat. Aku beralasan kalau aku ingin naik bus dan menjadi mandiri padahal aku hanya sedang tidak mood berbicara padanya. Syukurlah dia tidak membantahku. Dia hanya memaksa mengantarku sampai ke halte.

At Halte.
Untunglah, aku bangun tepat waktu hari ini jadi aku bisa menghindari omelan Choi seosangnim. Ada banyak hal yang kubenci di dunia ini dan yang paling kubenci adalah diomeli oleh orang lain. Aku tidak suka orang lain berteriak kasar didepanku. Paman kim sering mengomeliku beberapa hari terakhir jadi aku sedikit menjauh darinya untuk sementara waktu agar aku tidak semakin kesal.
Ku keluarkan ponsel dari tasku dan menatap layar dengan antusias. Aku mengecek jadwalku. Setelah sekolah aku harus ke perpustakaan pusat untuk mengembalikan buku kemudian bekerja di kedai sampai sore. Melelahkan sekali. Meskipun kedai itu milikku terkadang aku berfikir untuk menjualnya. Kedai peninggalan orangtuaku itu sering mengingatkan aku pada mereka. Membuatku sedih.
Kemudian aku mendengar suara rebut-ribut disebelahku. Ada dua orang namja yang tentu saja tidak kukenal sedang berdebat tentang sesuatu. Hanya saja suara mereka terlalu keras membuatku tidak nyaman. Tapi aku heran orang-orang lain hanya sibuk dengan aktivitas mereka dan mengabaikan dua namja tadi. Mereka sekarang bahkan tengah saling tarik dan dorong sehingga namja pertama yang berambut blonde terlihat semakin dekat dengan posisiku. Namja yang kedua terus menariknya dan mengatakan pada namja pertama untuk tetap tenang. Huh.. padahal kelihatannya namja kedua ini yang tidak bisa tenang.
Mereka akhirnya menghentikan aksi mereka setelah namja pertama yang berambut blonde menangis dan menutupi wajahnya. Namja kedua kemudian dengan sabar menepuk-nepuk kedua bahunya seperti sedang menghibur. Dasar cengeng. Tanpa kusadar aku terus memperhatikan mereka seakan-akan mereka layak untuk ditonton.
“Hei lihatlah! Sepertinya gadis itu bisa melihat kita.” Seru namja pertama. Menyadari kalau aku gadis yang dimaksud dengan segera aku mengalihkan pandanganku dan menatap kearah lain.
“Jangan bercanda. Mana mungkin ada orang lain yang bisa melihat kita.” Timpal namja kedua.
Tiba-tiba tenggorokanku tercekat menyadari sesuatu. Meskipun kedua namja ini berdebat dan berteriak-teriak hanya aku yang tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Orang lain di halte ini masih sibuk dengan dunia mereka sendiri jadi kemungkinan besar orang-orang di halte ini tidak bisa mendengar mereka. Aku bergidik ngeri. Jangan-jangan mereka adalah…. Ah andwae… kenapa aku baru sadar kalau kedua namja ini adalah hantu.
Ketika bus yang kutunggu mendekat dengan segera aku berdiri dan mengantri untuk masuk kedalam bus. Tapi namja pertama yang berambut blonde masih mencurigaiku dan memaksa namja pertama untuk mengikutiku masuk kedalam bus. Awalnya namja kedua protes tapi setelah namja pertama memaksa akhirnya dia menuruti kemauan temannya dan masuk kedalam bus dengan marah-marah.
Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak menarik perhatian mereka agar mereka tidak menggangguku. Aku bertingkah normal dan duduk tenang sambil berpura-pura sibuk membaca.

Flashback On

 [Author POV]

Gadis itu, Song hyun woo dengan mengendap-endap memasuki sebuah ruangan yang berupa bilik bernuansa merah hitam itu dengan perasaan was-was. Dengan rekomendasi temannya, Kim Nari, akhirnya dia mau datang ke tempat yang menurutnya menakutkan ini. Berkali-kali dia mengutuk kebodohannya yang mau saja menerima saran gila ini.
“Apa aku pulang saja, ya?” Gumamnya pada dirinya sendiri.
“Sesuatu yang kau mulai harus di selesaikan juga sampai akhir.” Seru seseorang dengan misterius. Hyunwoo kaget karena tiba-tiba seorang perempuan yang memakai jubah hitam bertudung itu tiba-tiba sudah berada di hadapannya.
“Kau, duduklah!” perintah perempuan itu galak.
Hyunwoo menelan ludahnya kemudian mengikuti perintah perempuan itu. Dia duduk di sebuah karpet merah yang disediakan tempat ini. Dia kembali mengumpat didalam hatinya. Mengumpat pada Kim Nari yang tidak menceritakan seluruh detail tempat ini. Nari tidak pernah mengatakan padanya kalau shaman yang direkomendasikannya begitu menakutkan.
“A-anu… aku.. aku bisa melihat hantu.” Ujarnya dengan terbata-bata.
“Aku tahu.” Jawab perempuan misterius itu.
Dia tidak terkejut lagi perempuan itu bisa tahu apa yang akan dikonsultasikannya. Nari sudah berbicara panjang lebar soal kehebatan shaman ini. Hyunwoo malah berpikir temannya itu sedikit berlebihan membicarakan soal kemampuan shaman itu seakan-akan mengenalnya secara langsung.
Akhirnya dia menceritakan semua detail kejadian yang beberapa hari ini dialaminya. Di rumah, sekolah bahkan dikedai berkali-kali dia melihat arwah-arwah yang bergentayangan disekitarnya. Mungkin sebelumnya arwah-arwah itu memang ada hanya saja selama ini dia tidak dapat melihat mereka. Sekarang dia bahkan terlalu takut untuk pergi ke toilet sekolah seorang diri karena melihat hantu tanpa kepala yang menyeramkan.
“Kapan kau menyadari kalau kau bisa melihat mereka?” tanya shaman itu.
“Eum.. aku tidak tahu kapan pastinya. Kupikir seminggu yang lalu saat aku pulang menjenguk temanku di rumah sakit.”
Hyun woo ingat saat itu dia menolak untuk pulang bersama teman-temannya dan memutuskan pulang naik bus. Pengalaman dirumah sakit itu benar-benar menakutkan karena hantu-hantu disana sangat banyak.
“Sudah selama itu dan kau baru datang kesini hari ini?!” Semprot Shaman yang mengaku bernama Min Ji itu.
Dia kemudian kembali memarahi Hyunwoo dengan tidak kalah galak. Hyunwoo tidak habis pikir bagaimana orang-orang tahan dengan sifatnya yang mudah marah-marah seperti itu. Pasti pelanggannya banyak yang kabur.
“Aku belum bisa memastikan apa yang membuatmu bisa melihat mereka. Hanya saja kalau mereka menyadarinya kau bisa berada dalam bahaya.”
Hyunwoo bergidik ngeri saat Min Ji memberitahu padanya kalau hantu sangat senang kalau ada yang bisa melihat mereka. Awalnya mereka mungkin akan meminta sedikit bantuan tapi lama-lama mereka akan mencari cara untuk menyeret orang-orang seperti dia kedalam dunia mereka.
“Jadi, aku harus berpura-pura tidak melihat mereka?”
“Benar. Hanya itu yang bisa kusarankan padamu hari ini.”
Hyunwoo ragu apakah dia bisa menuruti saran Min Ji ini. Bagaimanapun dia tidak tahu kapan hantu-hantu akan muncul dihadapannya. Mereka bisa saja muncul tiba-tiba dan membuat dia kaget dan akhirnya ketahuan.
“Kau tidak boleh ketahuan. Memang benar tidak semua arwah punya niat jahat seperti itu. Mungkin mereka memang sedang berada dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan orang-orang sepertimu agar bisa mencapai kehidupan mereka yang selanjutnya. Hanya saja.. kau harus berhati-hati. Kalau hati kecilmu menolak untuk berurusan dengan mereka saranku hanya satu. Berpura-puralah tidak melihat mereka.”
“Dan ini… kalung ini pemberianku padamu. Pakailah.. ini seperti jimat pelindungmu agar kau terhindar dari roh-roh jahat.” Min Ji mengulurkan sebuah kalung yang berbandul bulan sabit padanya. Dengan senang hati hyunwoo menerimanya.
‘Ya, tuhan.. tidak cukup kau mengambil kedua orangtuaku sekarang kau memberikan cobaan tidak kalah berat lagi’ Keluh hyunwoo setelah keluar dari tempat praktek Min Ji.

[Author POV end]

Flash Back Off

Hyun Woo POV

Aku terus memanjatkan doa pada Tuhan agar kedua namja ini berhenti mengikutiku. Tapi sepertinya sia-sia namja pertama berambut blonde itu tetap bersikeras mengikutiku sampai kesekolah. Namja kedua hanya pasrah mengikuti kemauan sahabatnya itu. Dan kedua hantu itu masih setia mengekoriku dan tanpa ragu-ragu mereka juga mengikutiku ke kelas.
Hari ini temanku Ji Young masih dirawat dari rumah sakit. Dia adalah temanku yang kujenguk di rumah sakit waktu itu. Dan yang membuatku lebih kesal adalah Sungmin yang yang juga ikut-ikutan tidak masuk. Jadi kedua kursi dibelakang itu sekarang menjadi tempat duduk kedua hantu itu.
Sebisa mungkin aku bersikap biasa-biasa saja. Mengacuhkan mereka. Hampir saja kedua hantu ini menyerah tapi kemudian…
“YA! Ceritakan padaku bagaiamana konsultasimu dengan Min Ji waktu itu? Apa kau masih bisa melihat..”
Dengan sigap aku menutup mulut Nari yang akan mengoceh tentang aku yang bisa melihat arwah. Sepertinya ini terlalu mendadak untuknya buktinya dia meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Setelah dia cukup tenang akhirnya aku melepas tanganku yang membekap mulutnya. Setidaknya sekarang dia tengah sibuk mengatur kembali nafasnya. Aku melayangkan tatapan mautku padanya. Dia bergidik seakan mengerti maksudku yang ingin dia tutup mulut. Kedua namja di belakangku ini tengah memperhatikan kami yang terlihat aneh dengan peristiwa barusan.
Oh.. aku harus segera menyelesaikan semua ini. Setelah ini aku harus menceritakan semuanya pada Nari agar gadis bodoh ini tidak melakukan kesalahan. Tentu saja aku akan mengatakannya setelah kedua hantu sialan ini pergi.

Yesung POV

Sudah berkali-kali kukatakan pada si bodoh disampingku ini agar dia sedikit menerima kenyataan. Kami berdua ini hanyalah arwah yang tidak berdaya mana mungkin bisa berkomunikasi dengan manusia. Sekarang dia malah bersikeras mengikuti seorang gadis hanya setelah dia bepikir gadis ini bisa melihatnya. Bukannya aku tidak percaya hanya saja aku tidak mau dia terlalu kecewa setelah akhirnya kenyataan yang ia temui tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Anak ini hanya terobsesi dengan keinginan gilanya untuk bisa berkomunikasi dengan manusia.
“YA! Hyung, kenapa kau membawaku pergi. Aku yakin sekali gadis itu bisa melihat kita.” Seru Eunhyuk dengan kesal. Dia hanya duduk putus asa. Menjambak-jambak rambut blondenya seperti orang gila.
“Hentikan omong kosongmu itu. Dia tidak bisa melihat kita.”
Sebenarnya aku tidak terlalu yakin dengan apa yang kukatakan. Gadis itu seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. Apalagi setelah temannya yang satunya tadi datang. Berkali-kali aku melihatnya gugup.
“Hyung.. hanya dia satu-satunya harapanku agar aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada Soo Hee.”
Aku diam saja melihatnya menangis lagi. Sudah seminggu sejak kematiannya diumumkan Eunhyuk belum bisa meninggalkan dunia ini. Orang mati seperti kami ini tidak bisa meninggalkan dunia dan menuju alam berikutnya karena sesuatu hal. Mungkin permohonan ataupun ada hal yang belum beres dengan kehidupannya.
“Kau yakin belum bisa pergi karena belum mengucapkan selamat tinggal? Kau tidak sedang terobsesi ingin kembali bersama Han Soo Hee lagi?” tanyaku.
“Aku yakin hanya ingin mengucapkan selamat tinggal, hyung. Aku mati tanpa mengucapkan selamat tinggal padanya. Pasti dia sangat terkejut dan terpukul. Aku tidak yakin dia sanggup melanjutkan hidup lagi tanpaku. Aku khawatir padanya.” Ujarnya masih dengan menutup wajahnya. Salah satu kebiasaan Eunhyuk saat menangis adalah menutup wajahnya.
“Arrasso. Aku akan mencari tahu apakah gadis itu memang bisa melihat kita atau tidak.”
Aku menepuk bahunya dengan lembut. Eunhyuk sangat beruntung. Setidaknya dia ingat apa permohonannya. Berbeda denganku yang luntang lantung tidak tahu arah. Aku tidak tahu apa yang membuatku tertahan disini. Mungkin aku juga memiliki permohonan hanya saja aku tidak dapat mengingatnya.

Hyun Woo POV

Awalnya kukira kedua namja hantu itu tidak akan mengikutiku lagi. Tapi sekarang mereka ada di depan rumahku. Menungguku keluar. Namja yang berambut blonde berteriak-teriak agar aku keluar. Sungguh hantu yang sopan. Setidaknya mereka tidak asal masuk dan keluar seperti hantu-hantu yang lain.
Atau mereka tidak bisa masuk karena bawang putih yang dipasang Nari tadi. Ah.. tidak kusangka temanku itu sangat perhatian padaku. Huh.. tidak masalah kalau begitu, selama hantu-hantu itu tidak bisa masuk kerumahku aku masih bisa bernafas lega.
Tapi aku tidak bisa hanya diam dirumah saja, kan. Aku harus segera ke kedai dan membantu bibiku mengurus kedai. Aissh.. pasti dia sedang kerepotan sekarang. Memang benar kami memiliki beberapa orang pekerja paruh waktu disana tapi setelah jam makan siang shift mereka akan segera berakhir. Dan sekarang sudah lewat dua jam dari jadwalku yang biasanya.
Aku harus keluar. Tapi bagaimana caranya?
Dengan perlahan-lahan aku membuka pintu belakang dan menutupnya. Aku menatap kesekeliling taman kecil di belakang rumahku. Sepertinya aman.
“Kau mau kemana?”
“Aigoo..” aku mengelus dadaku. Terkejut karena kedua namja itu sekarang tepat berada di hadapanku.
Aku tetap berpura-pura tidak melihat mereka.
“Jangan berpura-pura lagi. Kau pasti bisa melihat kami, kan?” tanya namja berambut blonde sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.
“Aku sedikit merinding. Kenapa tadi seperti ada angin yang menabrakku, ya?” ujarku berpura-pura berbicara dengan diriku sendiri.
“YA!! Agasshi, kami tahu kau sedang berpura-pura. Kalau kau memang tidak bisa melihat kami kenapa kau repot-repot memasang bawang putih segala?” Tanya namja kedua. Rambutnya hitam dan kepalanya terlihat sedikit besar. Tapi aku memberi nilai 9 untuk matanya yang terlihat mempesona itu. Matanya sipit seperti orang korea kebanyakan tapi memiliki tatapan yang dalam dan hangat. Tatapannya adalah jenis tatapan yang akan membuat gadis-gadis terpesona. Terlebih wajahnya itu. Aigoo.. kenapa ada hantu setampan dia?
“Emm.. bukan aku yang memasang bawang putih.”
“Lihat… sekarang dia bisa menjawab kita, hyung. Ketahuan kau agasshi… kau pasti bisa melihat kami. Jangan mengelak lagi.” Namja berambut blonde terlihat senang. Apakah dia memang benar-benar berharap aku bisa melihat mereka.
Bodoh. Aku baru menyadari apa yang kukatakan sebelumnya. Dengan cepat aku bergegas meninggalkan mereka. Aku terus berlari meskipun mereka terus mengejarku. Mereka cepat sekali. Seakan-akan mereka berlari tidak menapak tanah. Aku kembali menyadari kebodohanku. Mereka kan hantu. Sialan.
Aku ngos-ngosan. Lelah sekali. Tapi kedai sudah berada di depan mataku. Aku membulatkan tekad berlari sekali lagi dan mencapai pintu kedai.
“Kau baru datang? Apa ada sesuatu yang terjadi?” Tanya Bibi Kim. Istri pamanku. Aku tidak percaya dia tidak marah-marah malahan terlihat sangat khawatir.
“Ah.. itu. Tidak ada apa-apa.” Jawabku berbohong.
“Air?” Bibi menyodorkan segelas air putih kepadaku yang kubalas dengan ucapan terimakasih singkat. Dengan cepat aku meminum air putih itu sampai tandas.
Kedua hantu itu sudah dari tadi dan menemukanku. Tapi sepertinya hantu yang tampan itu melarang temannya untuk mendekatiku untuk sementara waktu. Dia mengatakan sesuatu tentang kasihan dan biarkan aku bernafas dulu. Aku tidak tahu kalau dikasihani oleh hantu terasa menyedihkan sekali.

xoxo

“Jadi kau meminta bantuanku untuk mengucapkan selamat tinggal pada pacarmu?”
Aku duduk bersendekap memperhatikan namja berambut blonde yang ternyata bernama eunhyuk atau Lee hyukjae. Aku tidak tahu kenapa namja ini bisa memiliki dua nama. Tapi aku memutuskan memanggilnya eunhyuk saja. Benar. Akhirnya aku menyerah dan bersedia berkomunikasi dengan mereka.
Namja kedua yang tampan bernama yesung itu hanya berdiri memperhatikan aku dan eunhyuk. Dingin sekali sikapnya. Aku tidak tahu kenapa namja yang cenderung diam dan bersikap tenang ketampanannya menjadi bertambah berkali-kali lipat.
“Benar, agasshi. Jadi kumohon bantulah aku. Aku ingin beristirahat dengan tenang.” Ujar eunhyuk dengan puppy eyesnya. Yah.. mau bagaimana lagi. Sepertinya kedua hantu ini adalah hantu yang baik dan mereka sudah tahu aku bisa melihat mereka jadi aku tidak bisa diam saja dan mengabaikan mereka.
“Panggil aku hyunwoo saja. Aku tidak suka kalian terus memanggilku agasshi.”
“Baik. Tapi kau akan membantuku, kan?”
Aku mengangguk dengan malas.
Eunhyuk terlihat senang dan berkali-kali mengucapkan terimakasih. Ya tuhan.. apa yang kulakukan ini memang benar?

[Author POV]

Hyunwoo berjalan dengan membawa secarik kertas ditangannya. Sedangkan Euhyuk dan Yesung mengikutinya dibelakang. Sesekali hyunwoo mengerutkan dahinya dan menunduk. Dia melihat arwah orang mati dikiri kanannya. Memang mereka tidak mengganggu hyunwoo hanya saja hyunwoo khawatir arwah-arwah itu menyadari kemampuannya karena tengah diikuti oleh arwah Eunhyuk dan Yesung.
“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?” Tanya Yesung khawatir.
“Aku pikir sebaiknya kalian tidak mengikutiku karena aku tidak ingin hantu-hantu yang lain menyadari kalau aku bisa melihat mereka. Jadi menyingkirlah.” Ujar hyunwoo pelan, sebisa mungkin hanya Yesung dan Eunhyuk yang mendengarnya.
Sedetik kemudian kedua arwah itu menghilang. Hyunwoo diam-diam merasa kagum dengan kemampuan para arwah yang bisa datang dan pergi sesuka mereka.
Dia terus berjalan dikoridor rumah sakit dengan sedikit lega. Setidaknya dia bisa melanjutkan mencari kamar rawat inap kekasih Eunhyuk itu dengan tenang.
“Han Soo Hee.”
Hyunwoo membaca sebuah papan nama didepan kamar yang ada dihadapannya.Setelah memastikan kalau itu kamar yang benar kemudian dia masuk dan mendapati seorang gadis terbaring diranjangnya. Gadis itu terlihat kaget saat ada seseorang yang asing masuk kekamarnya.
“Tenanglah. Aku.. Namaku Song Hyunwoo. Aku ingin menyampaikan pesan dari Eunhyuk.”
“Pesan? Eunhyuk? Siapa Eunhyuk?” tanya Soo Hee bingung. Dia bingung karena tidak pernah mengenal gadis dihadapannya dan gadis itu bilang ingin menyampaikan pesan dari seseorang yang tidak ia kenal.
“Maksudku Lee hyuk jae. Kau kenal dia, kan? Dia kekasihmu.”
Hyunwoo berbicara pada gadis ini takut-takut. Dia takut kalau gadis ini tidak bisa mengingat Eunhyuk.
“Bagaimana bisa kau kenal dia?’ tanya gadis itu lagi.
Hyunwoo menoleh kekanan kiri memastikan tidak ada arwah lain diruangan itu selain Eunhyuk dan Yesung. Kemudian dia menceritakan semuanya pada gadis itu. Awalnya soo hee tidak percaya tapi hyunwoo terus meyakinkannya.
“Kenapa aku harus percaya padamu? Kalau dia memang ingin mengucapkan selamat tinggal seharusnya dia datang sendiri padaku. Sekarang dimana dia? Dia ada disini. Kan?”
“Soo Hee-sshi..” ujar hyunwoo menenangkan gadis itu yang kelihatan tidak terkontrol emosinya. Dari eunhyuk ia tahu kalau gadis ini berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri. Itulah mengapa dia dirawat dirumah sakit ini. Tentu saja hal itu memang membuat Eunhyuk tersiksa sehingga tidak bisa pergi dengan tenang.
“Dimana dia? Izinkan aku bertemu dengannya sekali lagi, hyunwoo-ssshi. Aku ingin dia mengatakan sendiri ucapan selamat tinggalnya.” Han soo hee menatap hyunwoo dengan tatapan memohon.
Tiba-tiba Eunhyuk sudah berdiri disampingnya dan menatap gadis bernama Soo Hee itu dengan mata berkaca-kaca
“Aku tau kau sangat terpukul karena kepergianku. Tapi maafkan aku, Soo Hee-ah. Maafkan aku karena meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini. Seharusnya hari ini kita menikah tapi karena kebodohanku pernikahan kita tidak akan pernah terjadi.”
Dengan lancar kata-kata itu terlontar dari mulut hyunwoo. Dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa mengatakan hal itu. Dia hanya bisa memandang Eunhyuk disampingnya yang tengah tersenyum. Hyunwoo kini sadar kalau dia tengah berbicara untuk Eunhyuk. Mengatakan hal yang Eunhyuk ingin sampaikan pada gadis itu.
“Oppa..”
Isakan Soo Hee semakin menjadi-jadi. Dia tahu kalau Eunhyuklah yang sekarang tengah berbicara kepadanya.
“Han Soo Hee.. aku mohon kau jangan menangis lagi seperti ini karena aku. Kau harus kuat. Kau bukan gadis yang lemah. Kau harus melanjutkan hidupmu dengan baik. Jaga dirimu, soo hee-ah.. Saranghae.”
“Oppa… opaa..”
Hanya kata itu yang terus terucap dari mulut Han Soo Hee. Dia tidak berhenti menangis dan memanggil Eunhyuk. Melihat itu hyunwoo juga merasa kasihan padanya dan memberikan pelukan. Menepuk bahu gadis itu dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.
“Kau mendengar dia, kan? Dia bilang padamu untuk tidak menangis lagi.”
Soo Hee terdiam dan menyeka air mata dengan cepat dan menganggukkan kepalanya.
“Iya, oppa. Aku tidak akan menangis lagi. Aku akan tersenyum dan melanjutkan hidup dengan baik. Maafkan aku yang telah menyalahkanmu selama ini”
Hyunwoo menatap tubuh Eunhyuk yang mulai memudar. Tapi wajah laki-laki itu tengah tersenyum dan mengatakan terimakasih padanya. Hingga kemudian Tubuh Eunhyuk benar-benar menghilang berupa asap dan terbang kelangit.
“Selamat Jalan, Hyuk Jae-sshi” Gumamnya. Entah mengapa dia turut merasa bahagia.
[Author POV End]

Hyun woo POV

“Kenapa kau tiba-tiba pergi dan tidak mengucapkan selamat tinggal pada Eunhyuk?” tanyaku saat aku menemukan kembali yesung di depan rumahku.
Tadi saat Eunhyuk masuk kedalam ruang rawat Soo Hee namja ini bergegas pergi.
“Aku hanya tidak suka perempuan menangis dihadapanku. Mereka jelek sekali.” Jawabnya. Alasan yang bodoh. Aku tahu kalau namja ini tidak mau seseorang tahu kalau dia tengah bersedih. Dia hanya bersikap sok dingin sok tegar padahal aku yakin dia sendiri tidak kalah cengengnya dibanding Eunhyuk. Aku rasa namja ini tipe yang suka melarikan diri dari permasalahan. Dia bahkan tidak kelihatan berusaha mencari tahu apa permohonannya.
“Aku tahu kau sedang meremehkanku.” Timpalnya seakan bisa membaca pikiranku. Aku menatapnya heran.
“Aku memang bisa” Ujarnya lagi yang sukses membuatku tergagap.
“Jadi semua hantu bisa membaca pikiran orang lain?” tanyaku takut-takut.
“Tentu saja tidak. Aku ini arwah yang spesial. Hanya saja aku tidak selalu bisa melakukannya. Aku harus sedikit berusaha dan juga aku harus menatap kedua mata orang itu agar aku bisa membaca pikirannya. Dan satu lagi, aku tidak suka kau menyebutku atau eunhyuk sebagai hantu. Oke?”
Aku akan lega kalau yang dikatakan Yesung itu benar. Semoga dia memang benar-benar memiliki kekuatan itu karena dia hantu yang spesial. Kalau semua hantu seperti dia tamatlah riwayatku.
“Hei… aku sudah bilang padamu, kan. Jangan menyebutku hantu.” Protesnya.
“Kau kan memang hantu.” Ujarku menggodanya. Hehe.. menyenangkan sekali menggoda dia. Wajahnya benar-benar menggemaskan.
“Sebutan hantu terdengar terlalu kasar. Lagian kami kan tidak menakut-nakuti manusia. Jadi kami ini bukan hantu. Kami hanyalah arwah yang tidak berdaya saja.”
“Arrra.” Jawabku singkat. Kemudian dia tersenyum lega karena aku tidak mendebatnya lagi. Ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum. Tidak buruk juga.
“Jadi bagaimana denganmu? Kau tidak ingin mencari tahu apa permohonanmu?”
Tatapannya sedikit menerawang. Sepertinya dia memikirkan sesuatu yang sedih karena aku bisa melihat air mukanya yang terlihat keruh.
“Entahlah. Aku sendiri tidak tahu siapa aku sebenarnya. Jadi bagaimana aku bisa tahu apa permohonanku”.

Yesung POV

Song hyun woo ini gadis yang aneh menurutku. Setelah mati-matian berpura-pura tidak melihatku dan eunhyuk sekarang gadis itu malah berusaha membantuku. Aku memang payah seperti yang dia perkirakan. Selama ini aku memang tidak pernah berusaha sedikitpun untuk mencari tahu siapa aku sebenarnya. Dan apa pula permohonanku. Yang kulakukan hanya diam memperhatikan manusia dan kesibukan mereka.
Sudah setahun lebih aku tertahan disini. Aku tidak tahu kenapa aku bertahan terlalu lama padahal teman-temanku yang lain silih berganti meninggalkanku. Eunhyuk bukanlah arwah pertama yang kukenal. Sebelum itu masih ada puluhan arwah yang senasib dengannya. Beberapa dari mereka tidak tahan dan memutuskan pergi meskipun permohonannya belum terkabulkan dan beberapa yang lain menghilang begitu saja. Aku bersyukur setidaknya permohonan eunhyuk terkabulkan.
Semua karena gadis itu. Setelah aku menceritakan padanya tentangku. Dia menjadi perhatian dan mendorongku untuk mengingat siapa aku sebenarnya. Bahkan sekarang dia sudah berada dihadapanku. Dia mengatakan akan menggambar wajahku dan mencari orang yang mungkin akan mengenalku.
“Aku yakin sekali kalau yang membuatmu tertahan selama ini adalah karena kau tidak bisa mengingat keluargamu. Mengingat siapa dirimu sebenarnya. Kau tidak ingin menjadi arwah penasaran, kan? Makanya kau harus berusaha. Oleh karena itu aku akan menggambarmu dan akan meminta bantuan temanku untuk melacak identitasmu. Ayah temanku itu adalah detektif di kepolisian.” Ujarnya panjang lebar.
Aku suka sekali semangatnya. Meskipun hidup seorang diri tanpa kedua orangtuanya dia tidak pernah menunjukkan wajah sedihnya. Aku juga suka melihat perempuan yang suka tersenyum bukannya menangis seperti dia.
“Terserah kau saja.” Jawabku singkat. Dia hanya cemberut mendengar jawabanku yang seperti acuh tak acuh.
“Tidak bisa begitu. Kau juga harus berusaha mengingat siapa dirimu sebenarnya. Katakan padaku apapun yang kau ingat tentang dirimu meskipun hanya detail kecil. Arasso?”
“Arasso. Teruslah menggambar. Jangan sampai gambarku jelek. Aku ini sangat tampan.” Aku sedikit narsis dan melucu dihadapannya.
“YA! Kalau itu serahkan saja padaku. Kau akan lihat kalau gambarku yang terlihat sangat mirip denganmu. Aku ini song hyunwoo. Orang-orang bilang kalau aku memiliki darah seni. Kau akan tercengang dengan karyaku.”
Dia tidak kalah membangga-banggakan dirinya. Cukup menarik. Sepertinya dia tipeku. Eh… apa yang kupikirkan?

Hyun Woo POV

Hari ini aku dan sungmin berencana menemui ayahnya. Paman Lee adalah orang yang cukup kukenal dengan baik. Dia yang mengurusi kasus kecelakaan yang menimpa kedua orangtuaku setahun yang lalu. Meskipun tidak dapat memenjarakan seseorang yang harusnya bertanggungjawab atas peristiwa itu tapi dia telah berusaha sebaik mungkin. Sebenarnya waktu itu kami memiliki sedikit bukti kalau kecelakaan itu disengaja. Tapi kemudian aku memutuskan mengikhlaskan mereka dan menyuruh paman Lee menghentikan penyelidikan.
Paman Lee tiba di kedai Topokki milik orangtuaku beberapa menit kemudian. Kelihatannya dia sedikit antusias melihatku lagi.
“Setelah tidak bertemu denganmu beberapa bulan belakangan ini aku lega melihatmu baik-baik saja.” Ujarnya padaku dengan ramah.
“Tentu saja. Tidak ada yang perlu kukhawatirkan lagi sekarang. Sepertinya eomma dan appa juga sudah beristirahat dengan tenang. Jadi kenapa harus bersedih lagi, ahjusshi?” Jawabku sarkastik. Dia tersenyum simpul.
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Tanyanya.
Aku mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasku dan menyerahkannya pada Paman Lee. Sepertinya dia sedikit bingung.
“Aku minta tolong pada ahjusshi untuk mencari tahu identitas pria ini. Aku mohon padamu.”
“Apa dia seseorang yang penting?” Tanyanya lagi. Kujawab dengan anggukan kecil. Kukatakan saja padanya kalau pria dalam gambar itu adalah salah satu saudara jauhku yang kehilangan kontak denganku. Aku bilang tidak bisa mengingat namanya dan hanya ingat wajahnya.
“Baiklah. Aku akan berusaha. Meskipun sangat sulit mencari identitas orang dengan informasi seminim ini.”
Paman Lee berpamitan karena waktu istirahat makan siangnya akan segera berakhir. Aku dan sungmin mengantarnya sampai keluar kedai.
“Siapa namja di gambar itu?” Tanya sungmin.
“Aku sudah bilang kan kalau aku tidak mengingat namanya makanya aku meminta bantuan ayahmu.” Jawabku.
“Kalau kau tidak tahu siapa dia kenapa kau bersikeras mencarinya. Apa menemukan pria itu sangat penting bagimu?” tanyanya belum puas.
“Iya.” Jawabku singkat. Terkadang aku tidak suka sifat rasa ingin tahu sungmin yang terlalu besar itu. Aku bingung harus mengarang cerita apa padanya tentang yesung.
xoxo
Seminggu kemudian Paman Lee meneleponku. Sepertinya dia membawa kabar baik.
“Beruntung sekali aku bertemu sunbaeku kemarin. Tanpa sengaja dia melihat gambar ini dan mengatakan kalau dia tahu siapa pria yang kau cari.”
“Benarkah, ahjusshi?” tanyaku antusias. Yesung juga ada disampingku sekarang dan bisa mendengar paman lee berbicara panjang lebar tentang temuannya.
“Sebenarnya sunbaeku tidak mengenalnya secara langsung tapi dia mengatakan kalau pria ini bernama Kim Jongwoon yang merupakan pewaris Jewel Group. Kau tahu kan perusahaan itu adalah perusahaan besar.”
Oh jadi yesung sebenarnya adalah anak orang kaya. Pantas saja cara berbicaranya kadang-kadang aneh. Dia juga sangat pandai dan sering membantuku mengerjakan PR.
“Keunde, bagaimana bisa kau mengenalnya Hyunwoo? Dia bukanlah orang yang sembarangan. Tidak mungkin kan kalau dia kerabat dekatmu.”
Paman Lee menatapku menunggu aku menjawab pertanyaanya. Bagaimana ini? aku menoleh pada yesung berharap dia bisa membantuku tapi dia hanya mengangkat bahu. Aissh..
“Ahjusshi.. aku harap kau tidak akan terkejut dengan apa yang akan kukatakan.” Aku menelan ludah. Haruskah aku memberitahunya? Kalau aku tidak jujur justru akan semakin sulit untukku nantinya. Bagaimnapun paman Lee adalah orangtua dia pasti akan marah dan kecewa kalau terus-terusan dibohongi.
“Marhaebwa.. Kau bisa mempercayaiku.”
“Sebenarnya aku bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal dan pria dalam gambar itu.. Kim Jongwoon, sekarang ada disini. Di sebelahku.”
Sepertinya paman Lee tidak akan percaya dengan mudahnya. Dia ini detektif yang selalu mengedepankan logika daripada hal-hal aneh seperti yang kukatakan.
“Ahjusshi.. kau pasti tidak percaya padaku tapi aku memang berkata jujur. Selama ini aku tidak tahu siapa itu Kim Jongwoon dan tidak memiliki ketertarikan apapun tentangnya maupun Jewel Group. Keunde ahjusshi.. aku memang bisa melihat dia sekarang. Itulah mengapa aku bisa menggambarnya.”
“Aku tidak tahu harus mempercayaimu atau tidak. Tapi sebenarnya ada satu hal yang kutemui kemarin, hyunwoo. Pria itu, Kim Jongwoon, adalah salah satu korban dalam kecelakaan beruntun yang dialami oleh kedua orangtuamu. Dan dia menghilang saat kecelakaan itu. Tim kepolisian hanya menemukan bangkai mobilnya di jurang.”
Aku terkejut dengan apa yang paman lee katakan. Yesung juga demikian. Kalau itu memang benar pasti dia ada hubungannya dengan kecelakaan itu. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Selama menyelidiki Kim Jongwoon aku juga bisa menyelidiki kembali kematian kedua orangtuaku. Aku memberitahu hal itu pada paman Lee dan dia bersedia memulai kembali penyelidikannya.

TBC

Senin, 04 Agustus 2014

More Than Words [Fanfiction]


Author : Nurlita aka @Litong4U
Cast : Kim Jongwoon (Super Junior), Song Hyun Woo (OC), Cho Kyuhyun and other cast
Genre : Romance, Drama
Length : Oneshoot
Rating :  PG-15
Disclaimer : Semua Cast (Kim jongwoon dan Cho Kyuhyun) adalah milik Tuhan dan emak bapaknya masing-masing. But this plot is mine. Insya Allah.
Anyeong haseyo… Setelah memikirkannya berulang-ulang akhirnya aku memberanikan diri untuk membuat fanfiction. Yup.. ini fanfiction pertamaku mungkin juga tulisan serius(?) pertama yang pernah kubuat. Hehehe. Jadi, mian kalau ceritanya mungkin terlalu aneh dan nista untuk kalian.
Judulnya aku ambil dari judul lagu favorit aku. More than words dari Westlife. Lagu ini juga yang menginspirasi aku untuk membuat ff ini.
 Aku harap kalian suka dan kalau tidak keberatan kalian juga bisa memberikan kritik atau saran untukku agar aku bisa memperbaiki cara menulisku. Itu saja. Btw.. Khamsahamnida sudah mau meluangkan waktu untuk membacanya.

Hari itu aku tak tau takdir apa yang membawaku kepadamu tapi yang ku tau dengan pasti adalah saat perjalanan ini harus berakhir aku merasa seolah-olah dunia harus berhenti tersenyum saat itu juga. Mereka tlah memudar bersamaan dengan raut wajahmu yang memalingkan muka dan mengabaikanku.
Saat itu, entah sedih ataupun marah tiba-tiba saja ototku serasa melemas dan tak mampu menopangku lagi.
Bodoh. Hanya kata itu yang sekarang kembali terngiang di kepalaku dan saat-saat menyebalkan kau mengataiku dengan kata itu. Tapi sekarang aku bahkan tak yakin kau mau melihatku lagi dan meneriakkan kata itu. Kata itu, entah kenapa sekarang aku merindukannya.
xoxo
Aku menunggu Jongwoon yang sedang berlatih basket di sisi lapangan seperti biasanya. Tapi bedanya sekarang latihan jongwoon juga dilakukan setiap malam.Hal itu karena tim basket sekolah kami akan melewati kompetisi antar sekolah minggu depan dan wajar saja kalau Kang in seosangnim menambah jadwal latihan. Tim basket sekolah kami memang berniat merebut juara pertama. Jongwoon tentu saja sangat optimis kalau mereka akan mendapatkan gelar juara itu karena sebelumnya dia dan teman-temannya sudah berlatih dengat giat setiap harinya. Apalagi sekarang jadwal latihannya di tambah pasti kemampuan mereka akan di latih lebih keras lagi dan akan menjadi lebih baik lagi.
Malam ini pertama kalinya aku menemani jongwoon berlatih saat malam hari. Karena besok adalah hari minggu dan aku juga tidak memiliki tugas akhirnya setelah ku rayu berkali-kali Jongwoon mengizinkanku menemaninya latihan.
“Jongwoon~ah… Ayo minum!” Teriakku dengan bersemangat dari sisi lapangan. Aku lihat dia kehausan setelah berkali-kali berputar lapangan dengan mend-dribble bola. Jongwoon tersenyum dan berlari menghampiriku kemudian dia menyambar botol mineral yang kupegang sejak tadi dan meminumnya dengan beberapa kali tegukan. Cara minumnya pun sangat kacau sehingga membuat sebagian air mengalir kesisi lehernya yang entah mengapa membuatnya semakin terlihat errr… seksi.
“Kau kenapa?” Tanyanya yang sukses membuatku tergagap dan cepat-cepat mengalihkan pandanganku dari wajahnya. Aisshhh… Paboya! Bagaimana kalau dia menyadari perasaanmu, Song Hyun Woo.
“Tidak apa-apa. Kau keren saat bermain basket Jongwoon~ah..” Jawabku tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang keren, kan?
“Kau ini.. aku memang sangat keren bahkan saat tidak bermain basket sekalipun.” Ujarnya gemas dan mengacak-ngacak rambutku.
“YAA!! Rambutku jadi berantakan. Kau ini selalu saja seperti itu” Protesku sambil merapikan rambutku. Sebagian poniku bahkan terlihat mencuat-cuat akibat ulahnya barusan. Dia hanya tertawa dan kembali mengacak-acak rambutku.
“YAA!! Kim Jongwoon!!!”
“Sudah berapa kali aku katakan padamu. Panggil aku oppa. Apa begitu sulit?”
“Shireo..”
“Wae? Aku lebih tua daripada kau. Aku ini juga sunbaemu. Sopanlah sedikit padaku”
“Aku bilang tidak mau. Menurutku itu sangat konyol.”
Aku selalu saja tidak dapat menahan tawa setiap kali Jongwoon memaksaku memanggilnya oppa. Aku tidak akan mau. Tentu saja.  Entahlah, setiap kali aku membayangkannya aku menjadi malu sendiri. Mungkin Jongwoon tidak akan pernah mendapat apa yang ia inginkan kecuali kalau dia dan aku menjadi sepasang kekasih. Apa aku terlalu berharap?
“Hyun Woo~ah.. sebaiknya kau pulang, ne? Ini sudah malam. Dan sepertinya latihanku belum selesai sampai jam sepuluh nanti.”
“Mwoo?!! Kenapa begitu? Bukankah biasanya kau pulang jam delapan malam? Jongwoon~ah, kau jangan menyiksa dirimu seperti ini. Kalau kau sakit kau sendiri yang rugi, kan? Percuma saja kau berlatih sekeras ini tapi akhirnya kau malah sakit” Ucapku dengan cepat dan tanpa jeda. Ya, untuk urusan kesehatannya  memang selalu membuatku khawatir karena kalau dia terlalu berambisi seperti itu biasanya kesehatannya menjadi terabaikan.
“Tidak apa-apa. Aku tidak akan sakit. Percayalah.. Sana pergi” Ujarnya sambil melirik pintu keluar,
“Kau mengusirku?”
“Iya, sana pergi” Paksanya sambil mendorongku keluar lapangan. Kim Jongwoon sialan… Awas kau nanti. Berani-beraninya kau mengusirku.

Xoxo
Aku melangkahkan kakiku dengan kesal sambil sesekali menendang kaleng yang entah kenapa bisa nyasar di tengah jalan gang menuju rumahku ini.Ya.. jangan pikir aku ini anak orang kaya ataupun anak pejabat penting kalau rumahku saja berada di gang yang sempit seperti ini. Orangtuaku dan orangtua Jongwoon sama-sama dari keluarga sederhana. Kalau jongwoon bisa sekolah di sekolah kami yang terkenal elit itu karena mendapat beasiswa berbeda dengan aku yang harus merengek-rengek pada orangtuaku terlebih dahulu agar mereka mau menyekolahkan aku di sekolah yang sama dengan Jongwoon. Oleh karena itu, jongwoon selalu menyemangati aku agar belajar lebih keras lagi agar pengorbanan orangtuaku tidak sia-sia.
 Cukup lama aku berjalan dengan bersenandung kecil melewati gang ini. Aku tidak merasakan takut atau apapun karena aku sudah sering melewati jalan ini. Kalaupun ada yang berani menggangguku aku tinggal berteriak saja dan semua orang yang tinggal di sepanjang gang ini akan berhamburan membantuku. Hehehehe. Apakah aku terlalu berlebihan? Tapi aku memang benar kok karena orang-orang yang tinggal di sepanjang jalan ini mengenal aku dan jongwoon dengan baik. Suara kami yang berteriak-teriak sehabis pulang sekolah memang sering mengganggu mereka tapi kurasa mereka tidak akan keberatan. Kalian pikir kami aneh?? Aku juga berpikir demikian.
Aisssh… entah kenapa memikirkan Jongwoon  membuatku menjadi kesal lagi. Berani-beraninya ia mengusirku dan membiarkan aku pulang sendirian.
“JONGWOON SIALAN!!” Teriakku lantang. Setelah ini aku yakin suara ajumma atau ajusshi yang tinggal di daerah ini akan mengumpat-umpatku. Itu karena gang sempit ini dikelilingi rumah-rumah padat penghuni yang sebagian besar dari mereka adalah kalangan menengah kebawah. Ya, seperti orangtuaku contohnya.
“Hyun woo~ah… Kau gila!! Aku baru saja akan beristirahat karena pagi-pagi sekali akan berangakat ke pasar, kau malah berteriak malam-malam begini” Tiba-tiba saja Dong Wook Ajusshi sudah berdiri di hadapanku dengan berkacak pinggang. Omona.. mampus kali ini kau Song Hyun woo.
“Mianhae Ajusshi.. hehe” Ujarku sambil terkekeh tapi sebenarnya aku sudah memasang ancang-ancang untuk berlari. Dan satu… dua… tiga… Wushhh…. Dengan sekuat tenaga aku berlari meninggalkan Dongwook Ajusshi yang masih berkacak pinggang dan berteriak-teriak padaku. Hahaha… Mianhae ajusshi. Jeongmal mianhae.
Tapi sekuat apapun aku berlari sebentar saja aku sudah ngos-ngosan dan nafasku naik turun tidak beraturan. Hiyyaa… Dongwook Ajusshi mengejarku dan terlihat semakin dekat denganku. Aku panik dan berusaha berlari lagi dengan sisa-sisa kekuatan yang masih kumiliki tapi tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menarikku dan membekap mulutku. Apa-apaan orang ini! Kenapa dia menarikku seenaknya. Atau jangan-jangan dia penculik. Aduh… ottokhae? Jongwoon~ah tolong aku!!! Jeritku dalam hati. Bodoh sekali aku, sekeras apapun aku berteriak, teriakanku tidak akan terdengar karena Jongwoon tidak ada disini lagipula mulutku masih di bekap penculik ini. Sekelebat ide melintas di otakku. Rasakan ini penculik sialan.
“Aww!! Appo.. sialan!” Jerit penculik itu sambil meniup dan meremas tangannya yang baru saja kugigit. Benar. Aku menggigitnya. Salah sendiri kenapa dia membekap mulutku terlalu lama.
“Nuguya?!! Jangan macam-macam!” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Nafasku masih terengah-engah karena sebenarnya aku takut pada penculik ini tapi seseorang pernah berkata padaku, ‘Saat kau di depan musuhmu jangan pernah menunjukkan rasa takutmu di hadapannya’
Orang itu—si penculik sialan itu—membuka masker yang di pakainya dan sukses membuatku terkejut. Omo! Orang ini, kan??
xoxo
“Aku Cho Kyuhyun. Kau ingat? Aku sunbaemu ”
Tentu saja aku ingat. Kyuhyun sunbae sangat terkenal di sekolah bukan hanya karena ketampanannya tapi juga karena dia adalah salah satu pesaing Jongwoon. Aku dengar dari salah satu sahabatku yang sekelas dengan Jongwoon dan kyuhyun kalau mereka sering bersitegang dan adu argument saat diskusi.
“Sunbae, mian. Aku kira kau…”
“Penculik?”
“Ne.. jeongmal mianhae” Ujarku sambil menunuduk tak berani menatapnya. Aissh.. benar-benar memalukan sekali tindakanku tadi.
“Kenapa sunbae bisa ada disini?” Tanyaku dengan heran. Orang seperti kyuhyun subae yang notabene orang kaya kurasa tidak akan pernah melewati gang sempit seperti ini kecuali kalau benar-benar ada urusan penting.
“Memangnya kenapa? Aku sering lewat disini kok”
“Jinja? Kenapa aku tidak pernah melihat sunbae yah?”
Aku mengusapkan ujung telunjukku di hidung pura-pura berfikir keras. Hmm.. aku tau dengan pasti apa tujuannya sering melewati gang ini. Pasti dia berusaha untuk memata-matai jongwoon.
“Ah.. sudahlah. Kenapa kau tidak memikirkan urusanmu saja jangan mengurusi orang lain”
Seakan paham tatapanku yang mengintimidasinya kyuhyun sunbae langsung menghindari topik itu. Sayang sekali, padahal aku berniat mengerjainya tadi.
“Kenapa ajusshi tadi mengejarmu?” Tanya kyuhyun sunbae yang sukses membuatku tergagap. Masa aku harus jujur kalau aku telah membuat Dongwook ajusshi marah karena berteriak malam-malam. Itu kan sama sekali tidak lucu.
“Engg.. itu..”
“Jangan-jangan dia seorang psycho yang mau berbuat jahat padamu. Kalau begitu kau seharusnya melaporkannya pada polisi, kan?” ujarnya cepat sambil mengeluarkan ponsel dan mulai menekan sebuah nomor yang kuyakini adalah nomor kantor polisi setempat.
“Bukan..bukan..” sergahku cepat. “Ajusshi tadi mengejarku karena aku yang salah. Jadi sunbae tidak seharusnya melaporkan dia ke polisi”
“Kau yang salah. Wae?” Aisshh.. kenapa orang ini terlalu kepo untuk urusan orang lain.
“Itu masalah pribadi, sunbae”
Kyuhyun sunbae menatapku penuh selidik. Aku yakin sekarang dia mulai berpikir tentangku- yang sayangnya-samasekali tidak membuatku tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut karena aku harus segera pulang. Ibuku pasti mulai marah-marah di rumah dan mungkin berpikir kalau aku sedang bermain-main di luar dengan Jongwoon.
“Sunbae.. aku harus segera pulang karena ibuku sedang menungguku. Khamsahamnida karena telah menolongku.” Pamitku sambil menundukkan tubuhku Sembilan puluh derajat.
“Chamkaman.. Dimana rumahu?”
“Ne?”
Aku tidak yakin dengan pendengaranku, barusan kyuhyun sunbae menanyakan alamatku. Benar, dia bertanya dimana rumahku. Omo.. yang benar saja.
“Sunbae, aku tidak mengerti dengan jalan fikiranmu. Aku yakin sekali kalau kau pasti sudah tau kalau aku adalah tetangga Jongwoon. Kenapa harus berpura-pura tidak tau seperti itu” Cibirku padanya.  Kyuhyun sunbae kaget.
“Kau, tetangga gurita itu?”
“Gurita?! Tega sekali kau meyebutnya.—”
“Gurita. Wae? Kau marah?”
Sialan. Jadi dia mau main-main denganku ya. Sayangnya aku akan meladeninya kali ini. Bagiku, tak seorangpun boleh menghina Jongwoon. Kyuhyun sunbae pun tidak boleh. Meski dia namja paling tampan dan populer di sekolah.
“Jongwoon adalah orang yang baik, seratus kali lipat lebih baik daripada kau. Jangan menghinanya di depanku!!” ujarku sambil berkacak pinggang. Kyuhyun sunbae hanya tersenyum meremehkanku. Apa yang dia pikirkan tentangku sama sekali tidak membuatku penasaran.
“Jinjaa? Benarkah dia lebih baik dariku seratus kali lipat? Ckckck.. cintamu padanya memang sudah membuatmu buta, ya?”
”Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan, kyuhyun-sshi. Aku mau pulang sebelum kesabaranku benar-benar habis”
“Kenapa kau buru-buru begitu? Bagaimana kalau kau ikut aku pergi kesuatu tempat dulu?” apa yang baru saja dia katakana? Pergi kesuatu tempat?
“Jangan berpikir yang macam-macam dulu. Aku mengajakmu karena aku merasa tidak nyaman kalau pergi ke tempat itu sendirian. Itu sangat menyusahkanku.”
“Memangnya kemana?”
“Klub malam.”
“Mwoya?!!” teriakku kaget.
xoxo
"Menurutmu kenapa kita harus belajar sampai malam-malam begini? Aku lelah dan juga mengantuk. Kita berhenti saja, ya?" Ujarku sambil menguap. Jujur saja saat pertama kali Jongwoon mengajakku belajar bersama aku sangat antusias tapi sekarang aku menyesal. Harusnya aku menyadari sejak awal kalau dia tidak benar-benar berniat mengajariku mata pelajaran ini sebaliknya dia merencanakan hal terselubung yaitu menyiksa otakku. Aissshhh...
Aku melihat wajahnya masih datar seperti pertama kali dia tiba di rumahku malam ini. Wajahnya pun terlihat agak aneh. Sangat kaku dan tidak menyenangkan. Memang kata-katanya seringkali kasar tapi entah kenapa malam ini dia lebih kasar.
"Dasar manja! seharusnya kau itu bersyukur karena aku menemanimu belajar malam ini. Kalau hari lain jangan pernah berharap" Setelah sekian lama hanya berkutat dengan kertas-kertas putih membosankan itu akhirnya dia kembali bersuara. Masih dengan tingkahnya yang aneh  itu dia menaruh tangannya bersedekap di depan dada dan menatapku dengan tatapan tajam. Saking tajamnya aku pikir tubuhku akan ikut tercabik hanya sekali dia menatapku. Oh tuhan.. Apalagi kali ini? aku kan hanya bilang kalau aku lelah dan mengantuk dan ini sungguhan. Aku tidak berbohong.
"Tambah halaman membacamu dua puluh halaman lagi. Itu karena kau membuatku marah." 
Mwo?!"
 Yang benar saja,  dua puluh halaman lagi katanya. Orang ini... mentang-mentang aku menyukainya dia jadi seenaknya.
"Wae? Apakah kurang?" 
"Ani.. baiklah aku akan membacanya." Tukasku dengan cepat kemudian kembali berkonsentrasi dengan bacaanku. Entahlah.. apa aku masih bisa berkonsentrasi seperti yang aku inginkan kalau mataku saja tidak bisa diajak kompromi. Atau aku pura-pura konsentrasi saja, ya? Hahaha.. benar! Aku yakin kalau aku membantah lagi dia akan benar-benar menambah jumlah halamannya dan tidak akan memberiku waktu untuk tidur. Lagian Jongwoon tidak akan tahu.
Mungkin kalian pikir aku ini gadis bodoh. Mau-maunya saja disuruh-suruh Kim jongwoon. Tapi sekali lagi aku juga tidak tau alasan apa yang membuatku bertahan di sisinya selama ini dan menuruti perintahnya. Sepuluh tahun aku menyukainya secara sepihak.  Tidak tanggung-tanggung, kan. Aku rasa hanya gadis bodoh atau gila saja yang mampu bertahan dengan perasaan terpendamnya selama itu. Dan mau tidak mau aku harus di tempatkan di salah satu kategori-kategori itu.
Setelah itu aku hanya pura-pura sibuk dengan bacaanku dan jongwoon masih dengan tampang seriusnya mengerjakan pekerjaan rumah yang seosangnimnya berikan padanya tadi pagi. Jangan tanyakan lagi soal kemampuan otaknya. Kim Jongwoon biarpun dengan  tampangnya yang tidak meyakinkan seperti itu sebenarnya adalah salah satu murid teladan di sekolah kami. Dan aku... Song Hyun Woo, hanyalah seorang gadis bodoh yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Aku tidak pacaran dengannya. Tentu saja. Kami hanya bersahabat tapi dia  tidak mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Dan aku memang tidak berniat memberitahukan itu padanya karena jongwoon terlalu aneh. Ya.. dia memang aneh karena terlalu canggung dengan gadis-gadis yang memujanya setiap saat. Jongwoon yang pintar dan tampan tapi sangat dingin pada perempuan. Dan aku cukup beruntung karena sudah bersahabat dengannya sejak kecil dan jarak rumah kami yang dekat. Untuk itu aku tidak ingin dia menjauhiku karena aku memiliki perasaan cinta padanya.
"Kau sudah selesai?" Tanyanya sembari menepuk-nepuk pipiku dengan buku catatannya. Sontak saja aku terkaget-kaget karena aku masih terjebak dalam pikiranku sendiri yang melamunkannya dengan tidak tau malu 
"YA!! Sakit tau! Jangan memukulku seperti itu. Kau ini..."
Dia hanya menatapku dengan aneh kemudian menarik buku yang ada di pangkuanku. Oh gawat... jangan bilang dia mau me-ngetes ku setelah tadi aku pura-pura sibuk membaca.
"Hyun woo~ah.. Aku tau kau ini dari tadi hanya pura-pura membacanya. Kau kira aku bodoh sepertimu.." Ujarnya tenang tapi tiba-tiba aku tidak berani menatapnya setelah dia mengatakan itu. Dasar hyun woo pabo! Kenapa begitu gampangnya kau ketahuan seperti ini. Harusnya tadi kau ber-acting membaca dengan lebih baik.
"Mianhae.. Itu tadi karena aku lelah dan mengantuk. Aku kan sudah bilang dari tadi padamu" Lirihku masih menunduk. Sungguh aku takut sekali melihat dia marah.
"Aku kan sudah bilang dari awal agar kita belajar terlebih dahulu. Kau malah mengajakku bermain game. Lalu sekarang bagaimana? Besok kau akan ulangan bab itu dan kau belum membacanya sama sekali."
Tes... Aku tidak bisa menahan air mataku dan akhirnya aku menangis terisak. Yaa!! hyun woo pabo. Padahal dia sudah bersedia menemanimu belajar malam-malam begini kau malah membohonginya. Bagaimana ini.. aku benar-benar merasa bersalah padanya.
"Yaa.. jangan menangis. Baiklah.. aku tidak akan memarahimu, lagipula kalau kau mendapat nilai jelek itu bukan urusanku, kan?" Ujarnya sambil berberes-beres bukunya dan beranjak pergi dari kamarku. Pasti dia sangat kecewa padaku. Ottokhae?
"Jongwoon~ah.. Mianhae. Setelah ini aku berjanji tidak akan tidur dan akan melanjutkan bacaanku. Kau jangan marah.." Aku mengatakannya masih dengan terisak.
"Aku tidak mau kau melakukan itu karena kau merasa bersalah padaku. Karena percuma saja kalau kau tidak melakukan itu karena keinginanmu sendiri.." Ujarnya di ambang pintu kemudian dia benar-benar pergi. Aku masih sempat mendengar dia berpamitan pada appa dan eommaku yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Kim Jongwoon.. Dia pergi karena marah padaku.

xoxo
Setelah malam itu aku dan jongwoon tidak saling bertegur sapa dan itu karena aku yang terlalu takut untuk menyapanya. Dia mungkin tidak tau betapa tersiksanya aku memendam perasaan bersalah ini. Jongwoon~ah… aku benar-benar menyesal membuat pengorbananmu menemaniku belajar malam itu menjadi sia-sia. Aku ingin mengatakan itu padanya tapi aku malah berdiam diri dan menontonnya yang sedang bermain basket di lapangan bersama teman-teman laki-lakinya. Kaki ini seperti tertindih batu seberat satu ton dan seakan enggan untuk beranjak.
Jongwoon berhenti memantulkan bola basket setelah menyadari kehadiranku di sisi lapangan. Dia yang saat itu mengenakan kaos latihan berwarna merah berkerah putih kesukaannya itu hanya melirikku sekilas dan berjalan ke sisi lapangan dekat dengan tempatku berdiri dan mulai mengaduk isi tasnya. Aku yakin dia sedang mencari minuman di dalamnya dan minuman itu takkan pernah ia temukan karena dia terlalu pikun dan meninggalkannya di rumah. Dengan dorongan hatiku yang kuat entah kenapa aku mulai berani menghampirinya dan menyodorkan sebotol air mineral yang ku sembunyikan dari tadi di belakang punggungku.
“Jongwoon~ah… kau bisa meminum air ini kalau kau mau. Aku lihat…” aku melirik tangannya yang masih sibuk mengaduk tasnya yang jelas-jelas tidak berisi air minum yang ia cari.
“Tidak usah…” jawabnya dingin. Dadaku terasa sesak sekali. Dia bahkan tidak mau menatapku ketika aku berbicara padanya.
“Kau masih marah padaku soal…”
“Tidak.” Tukasnya cepat dan segera bangkit untuk kembali ke lapangan. Hey... apakah kesalahanku terlalu besar sampai dia tidak mau memaafkanku? Setidaknya kalau dia belum bisa memaafkanku berilah aku sedikit waktu untuk berbicara. Aku menghela nafas dengan frustasi kemudian dengan nekat aku menarik tangannya kembali kesisi lapangan. Tidak tau dengan kekuatan apa aku mampu menarik tubuhnya yang jauh lebih besar dari tubuhku yang mungil ini.
“YAA!! Kim jongwoon.. aku bahkan sudah meminta maaf padamu berkali-kali tapi kau masih saja bersikap seperti itu padaku. Katakan padaku, apakah kesalahanku itu terlalu besar?! Apakah aku tidak pantas untuk di maafkan?!!” Aku berteriak meluapkan emosiku di depannya. Tidak peduli anak-anak lain yang mulai menonton kami dengan tanda tanya besar di kepala mereka. Mereka pasti sangat heran karena aku dan jongwoon selama ini tidak pernah bertengkar tapi sekarang menjadi tontonan seperti ini. Yang selalu mereka lihat adalah pemandangan Jongwoon dan Hyun woo yang selalu bersama-sama seperti pasangan kekasih.
“Kau bahkan belum mengerti maksud ucapanku tadi malam. Song hyun woo… aku ingin kau sadar kalau kau sedang bermain-main dengan masa depanmu. Kau tau, orangtuamu mati-matian bekerja hanya untuk menyekolahkanmu di sekolah elit seperti ini. Dan kau…”
“Aku menyesal…”
“Tunggu… aku belum selesai berbicara.”  Tiba-tiba tangannya yang mungil untuk ukuran seorang pria itu menarikku dengan kuat. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkannya menyeretku entah kemana. Kami melewati lapangan masih dengan tatapan orang-orang lain yang semakin penasaran.
“Jongwoon~ah, kau mau membawaku kemana?” Lirihku sambil terisak. Aku rasa wajahku mulai tampak aneh karena air mata telah membuat make-up yang kupakai luntur. Sial sekali..
“Jelaskan padaku soal ini…” Teriaknya padaku dengan tangannya menunjuk papan mading yang terletak di tengah-tengah halaman dekat lapangan basket yang sebelumnya tidak pernah menjadi perhatianku karena setiap aku pergi ke lapangan basket Jongwoon selalu menjadi fokus utamaku.  Di sana tertempel foto seorang gadis berkaos biru dengan sedikit motif warna putih di lengan sedang berduaan bersama seorang pria di depan klub malam. Wajahnya mungkin tidak terlihat karena foto itu diambil dari belakang akan tetapi aku langsung mengenalinya. Gadis itu adalah aku dan kyuhyun sunbae. Tidak ada hal aneh yang kami lakukan hanya saja aku tau mengapa Jongwoon marah sekali padaku. Dia tidak pernah mengijinkanku untuk pergi ke klub malam. Apalagi tanpa sepengetahuannya.
Dan foto itu, siapa yang mengambilnya? Benar-benar kurang kerjaan. Aku terkesiap pelan kemudian aku ingat kalau aku sempat bertemu dengan Eun ri disana. Choi eunri.. anak itu benar-benar.
“Jelaskan padaku?!” bentakan jongwoon sekali lagi menyadarkanku yang terlalu sibuk dengan pikiranku tentang kemungkinan Eunri yang mengambil foto ini.
“Jongwoon~ah.. itu… itu…” Ucapku terbata-bata.
“Dari awal aku memang sempat berfikir kalau gadis di foto itu adalah kau. Hanya saja aku berusaha membantahnya. Tapi melihatmu yang semakin terlihat mengabaikan sekolahmu aku menjadi marah sekali dan semakin yakin kalau gadis itu memang kau.” Ujarnya sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, marah dan kesal.
Memang  semenjak kematian adik perempuannya enam tahun yang lalu praktis perhatiannya padaku semakin besar. Apalagi orangtuaku telah menitipkan aku padanya sejak lama. Dan itu membuat ia menjadi sangat protektif soal apapun tentang aku. Soal sekolah, teman yang kupilih dan laki-laki mana yang di pandangnya layak untuk berada di sisiku suatu saat nanti.
Mianhae… sekali lagi aku minta maaf padamu. Waktu itu aku  tidak sengaja bertemu dengan kyuhyun sunbae kemudian dia mengajakku ke klub malam itu. Tapi kau jangan berpikir yang macam-macam dulu. Aku hanya sekali saja pergi kesana dan kami tidak melakukan apa-apa. Kyuhyun sunbae hanya meminta bantuanku. Sungguh.” Ujarku panjang. Aku tidak berharap dia akan memafkanku kali ini akan tetapi dengan segenap hati aku ingin meyakinkannya. Meyakinkannya kalau Song Hyun Woo adalah tetap seorang dongsaeng ataupun sahabatnya yang dulu. Aku memang tidak berubah dan tidak berniat berubah. Aku ingin tetap menjadi seorang gadis yang baik dan hal itu bukan karena Jongwoon semata. Aku ingin tetap menjadi gadis baik untuk Appa dan eommaku dan tentu saja untuk diriku sendiri.
Xoxo
Sangat sulit sekali kalau kau harus menjauhi orang yang kau sukai. Meski akal sehatmu memaksamu untuk menjauhinya hatimu malah berkata sebaliknya. Tapi omong-omong kenapa aku ada disini sekarang? Ku edarkan pandangan keseluruh sisi tempat ini. Lapangan basket. Lagi.
Sial. Apa yang kau lakukan, song hyun woo. Pabo. Lagi pula ini sudah sore. Jogwoon pasti tidak ada disini. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Berulang kali kurapalkan mantera sakti itu. Mantera itu cukup membantuku beberapa hari ini. Setidaknya aku bisa menahan diriku untuk tidak menangis setiap kali aku merindukan jongwoon.
Seminggu. Sialan, bahkan ini hanya seminggu semenjak aku berusaha tegar tanpa jongwoon di sisiku sekarang aku masih bisa merasakan kehadirannya. Maksudku, aku memang berpapasan dengannya sekali-kali di sekolah atau saat aku tidak sengaja melihatnya keluar rumah. Tapi perasaan ini rasanya berbeda. Seperti orang itu hidup di hatimu. Tidak pernah menjauh sedetikpun.
Entah ini hanya halusinasiku saja atau apa tapi aku bisa melihat orang itu. Kim jongwoon. Dia berdiri dihadapanku dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah. Pasti akhir-akhir ini dia berlatih semakin keras. Lebih keras dari teman-teman se-tim nya yang lain.
Dengan menundukkan wajah aku tidak berani menatapnya, kakiku mulai berbalik dan berniat menjauhkan tubuhku dari hadapannya.  Kurasa aku memang tak pantas lagi mendapat kepercayaan darinya setelah peristiwa itu apalagi mengharapkannya membalas perasaanku. Tidak.. kau memang pantas mendapatkannya. Tatapan kecewa itu. Apapun yang lebih buruk dari ini.
Tapi baru selangkah kakiku beranjak dengan perlahan tangannya menahanku. Dengan perlahan dia membawaku kedalam pelukannya yang hangat. Pelukan yang selalu ada saat aku takut. Pelukannya yang sanggup melindungi aku dari apapun. Tapi pelukannya kali ini terasa berbeda. Rasanya seperti orang yang takut kehilangan.
Jebal… jangan mengulanginya lagi. Dengan kyuhyun atau siapapun. Rasanya sangat sakit melihatmu berdekatan dengan namja lain”
Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Seseorang, tolong sadarkan aku. Tidak benarkan kalau jongwoon mengatakan itu padaku? Itu sama saja seperti dia mengatakan kalau dia menyukaiku. Yang benar saja… jongwoon pasti tidak bermaksud mengatakan hal itu. Pasti itu hanyalah tentang obsesinya yang ingin menjadikan aku pengganti adiknya.
“Itu tidak mungkin kan, kalau kau mencintaiku?” lirihku hampir tak terdengar. Tanpa sadar aku menyuarakan apa yang ada dipikiranku. Tapi telinga jongwoon memang sangat peka. Dia tersenyum geli dan semakin mempererat pelukannya. Otakku memang tidak sepandai dirinya tapi kurasa perasaanku benar. Dia sepertinya….. mencintaiku. Tapi kenapa?
Saranghae, song hyun woo “
“Na-nado” jawabku terbata-bata. Kurasa jantungku sedang jumpalitan sekarang. Perasaanku terbalas bahkan dia yang mengatakannya terlebih dahulu. Setelah aku mengecewakannya.
“ Kau bisa mengataiku pabo atau apapun. Aku memang pabo karena tidak mengatakannya dari dulu. Aku juga pabo karena tidak menepati janjiku untuk tidak pergi ke klub malam. Sebenarnya, nado Saranghae, Kim jongwoon.”
“Baiklah. Kau memang Pabo!” teriaknya.
“Kau juga”
“Kurasa itu juga benar. Tapi kau sangat menyukaiku yang bodoh ini, kan?”
“Tidak..”
“Bohong.. kyuhyun sudah mengatakannya. Malam itu kau memarahinya karena dia mengataiku gurita. Dan kau juga mengatakan kalau aku seratus kali lipat lebih baik darinya”
“Itu karena..” ucapku menggantung kalimatku. Entahlah, rasanya sangat sulit mengatakannya langsung. Kata-kata apapun dan dalam bahasa apapun tidak akan cukup mewakili perasaanku padanya.
Chu~
Aku berjinjit dan mendaratkan kecupanku di bibirnya. Singkat. Tapi kurasa itu cukup layak mewakili perasaanku.
“YAA! Kau gadis nakal. Apa yang kau lakukan?! Kau mencuri first kissku”
Flasback
Author POV
“Apa yang kalian lakukan di klub malam itu?”
“Kau sungguh ingin tahu?” Sahut Cho kyuhyun dengan tatapan mengejek.
Jongwoon yang emosinya memang sedang meluap-luap itu tidak mampu menahan amarahnya dan mendorong serta menekan tubuh cho kyuhyun ke dinding.
“Ba-baiklah, aku akan mengatakannya.” Ujar kyuhyun dengan takut-takut. Oke, setidaknya dia mulai paham kalau jongwoon tidak sedang berada dalam mood yang baik sekarang.
“Katakan..” desis jongwoon tajam. Tatapannya tidak lepas dari wajah kyuhyun.
“Aku sangat malu soal itu. Kau pasti akan menemukan hal baru untuk mengejekku. Itu… sebenarnya aku hanya ingin…” kyuhyun menggantung kalimatnya. Demi apapun, dia tidak ingin membocorkan rahasia keluarganya dan mendapatkan ejekan lagi dari kim jongwoon.
“Aku mendapat informasi kalau ayahku mabuk dan main gila dengan perempuan di klub malam itu. Aku mengajak hyun woo semata-mata agar dia mau membantuku. Kau tahukan kalau anak sekolah menengah atas tidak bisa masuk kesana. Jadi, kurasa hyunwoo akan cukup membantuku mengecoh satpam itu agar aku bisa masuk tanpa ketahuan”
“Jadi, hyunwoo tidak masuk kedalam sana?”
“Tentu saja tidak. Dia tidak akan mau meski aku memohon padanya berkali-kali. Kurasa anak itu sangat patuh padamu.” Jongwoon melepaskan tubuh kyuhyun dan membiarkan dia memijat bahunya yang terasa sakit karena terbentur dinding cukup keras.
“Apalagi yang terjadi malam itu?” Tanya Jongwoon penasaran
“Tidak banyak. Hanya…”
Kyuhyun kemudian menceritakan semua yang terjadi pada malam yang panjang itu. Semuanya. Termasuk soal… ya, kalian tahu sendiri lah… soal itu. Iya, soal itu. *Dodit mulyanto mode on. hahaha*
Perihal perasaan hyun woo pada Jongwoon. Tentu saja. Apalagi?
Hahaha. Itu ending yang geje, kan? Mianhae… otakku tidak bisa  membuat ending yang lebih dari ini. Maklum.. kurang jam terbang. *mulai kepakkan sayap*
Yesung : “apaan sih lu.. ga nyambung banget”
END