Senin, 04 Agustus 2014

More Than Words [Fanfiction]


Author : Nurlita aka @Litong4U
Cast : Kim Jongwoon (Super Junior), Song Hyun Woo (OC), Cho Kyuhyun and other cast
Genre : Romance, Drama
Length : Oneshoot
Rating :  PG-15
Disclaimer : Semua Cast (Kim jongwoon dan Cho Kyuhyun) adalah milik Tuhan dan emak bapaknya masing-masing. But this plot is mine. Insya Allah.
Anyeong haseyo… Setelah memikirkannya berulang-ulang akhirnya aku memberanikan diri untuk membuat fanfiction. Yup.. ini fanfiction pertamaku mungkin juga tulisan serius(?) pertama yang pernah kubuat. Hehehe. Jadi, mian kalau ceritanya mungkin terlalu aneh dan nista untuk kalian.
Judulnya aku ambil dari judul lagu favorit aku. More than words dari Westlife. Lagu ini juga yang menginspirasi aku untuk membuat ff ini.
 Aku harap kalian suka dan kalau tidak keberatan kalian juga bisa memberikan kritik atau saran untukku agar aku bisa memperbaiki cara menulisku. Itu saja. Btw.. Khamsahamnida sudah mau meluangkan waktu untuk membacanya.

Hari itu aku tak tau takdir apa yang membawaku kepadamu tapi yang ku tau dengan pasti adalah saat perjalanan ini harus berakhir aku merasa seolah-olah dunia harus berhenti tersenyum saat itu juga. Mereka tlah memudar bersamaan dengan raut wajahmu yang memalingkan muka dan mengabaikanku.
Saat itu, entah sedih ataupun marah tiba-tiba saja ototku serasa melemas dan tak mampu menopangku lagi.
Bodoh. Hanya kata itu yang sekarang kembali terngiang di kepalaku dan saat-saat menyebalkan kau mengataiku dengan kata itu. Tapi sekarang aku bahkan tak yakin kau mau melihatku lagi dan meneriakkan kata itu. Kata itu, entah kenapa sekarang aku merindukannya.
xoxo
Aku menunggu Jongwoon yang sedang berlatih basket di sisi lapangan seperti biasanya. Tapi bedanya sekarang latihan jongwoon juga dilakukan setiap malam.Hal itu karena tim basket sekolah kami akan melewati kompetisi antar sekolah minggu depan dan wajar saja kalau Kang in seosangnim menambah jadwal latihan. Tim basket sekolah kami memang berniat merebut juara pertama. Jongwoon tentu saja sangat optimis kalau mereka akan mendapatkan gelar juara itu karena sebelumnya dia dan teman-temannya sudah berlatih dengat giat setiap harinya. Apalagi sekarang jadwal latihannya di tambah pasti kemampuan mereka akan di latih lebih keras lagi dan akan menjadi lebih baik lagi.
Malam ini pertama kalinya aku menemani jongwoon berlatih saat malam hari. Karena besok adalah hari minggu dan aku juga tidak memiliki tugas akhirnya setelah ku rayu berkali-kali Jongwoon mengizinkanku menemaninya latihan.
“Jongwoon~ah… Ayo minum!” Teriakku dengan bersemangat dari sisi lapangan. Aku lihat dia kehausan setelah berkali-kali berputar lapangan dengan mend-dribble bola. Jongwoon tersenyum dan berlari menghampiriku kemudian dia menyambar botol mineral yang kupegang sejak tadi dan meminumnya dengan beberapa kali tegukan. Cara minumnya pun sangat kacau sehingga membuat sebagian air mengalir kesisi lehernya yang entah mengapa membuatnya semakin terlihat errr… seksi.
“Kau kenapa?” Tanyanya yang sukses membuatku tergagap dan cepat-cepat mengalihkan pandanganku dari wajahnya. Aisshhh… Paboya! Bagaimana kalau dia menyadari perasaanmu, Song Hyun Woo.
“Tidak apa-apa. Kau keren saat bermain basket Jongwoon~ah..” Jawabku tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang keren, kan?
“Kau ini.. aku memang sangat keren bahkan saat tidak bermain basket sekalipun.” Ujarnya gemas dan mengacak-ngacak rambutku.
“YAA!! Rambutku jadi berantakan. Kau ini selalu saja seperti itu” Protesku sambil merapikan rambutku. Sebagian poniku bahkan terlihat mencuat-cuat akibat ulahnya barusan. Dia hanya tertawa dan kembali mengacak-acak rambutku.
“YAA!! Kim Jongwoon!!!”
“Sudah berapa kali aku katakan padamu. Panggil aku oppa. Apa begitu sulit?”
“Shireo..”
“Wae? Aku lebih tua daripada kau. Aku ini juga sunbaemu. Sopanlah sedikit padaku”
“Aku bilang tidak mau. Menurutku itu sangat konyol.”
Aku selalu saja tidak dapat menahan tawa setiap kali Jongwoon memaksaku memanggilnya oppa. Aku tidak akan mau. Tentu saja.  Entahlah, setiap kali aku membayangkannya aku menjadi malu sendiri. Mungkin Jongwoon tidak akan pernah mendapat apa yang ia inginkan kecuali kalau dia dan aku menjadi sepasang kekasih. Apa aku terlalu berharap?
“Hyun Woo~ah.. sebaiknya kau pulang, ne? Ini sudah malam. Dan sepertinya latihanku belum selesai sampai jam sepuluh nanti.”
“Mwoo?!! Kenapa begitu? Bukankah biasanya kau pulang jam delapan malam? Jongwoon~ah, kau jangan menyiksa dirimu seperti ini. Kalau kau sakit kau sendiri yang rugi, kan? Percuma saja kau berlatih sekeras ini tapi akhirnya kau malah sakit” Ucapku dengan cepat dan tanpa jeda. Ya, untuk urusan kesehatannya  memang selalu membuatku khawatir karena kalau dia terlalu berambisi seperti itu biasanya kesehatannya menjadi terabaikan.
“Tidak apa-apa. Aku tidak akan sakit. Percayalah.. Sana pergi” Ujarnya sambil melirik pintu keluar,
“Kau mengusirku?”
“Iya, sana pergi” Paksanya sambil mendorongku keluar lapangan. Kim Jongwoon sialan… Awas kau nanti. Berani-beraninya kau mengusirku.

Xoxo
Aku melangkahkan kakiku dengan kesal sambil sesekali menendang kaleng yang entah kenapa bisa nyasar di tengah jalan gang menuju rumahku ini.Ya.. jangan pikir aku ini anak orang kaya ataupun anak pejabat penting kalau rumahku saja berada di gang yang sempit seperti ini. Orangtuaku dan orangtua Jongwoon sama-sama dari keluarga sederhana. Kalau jongwoon bisa sekolah di sekolah kami yang terkenal elit itu karena mendapat beasiswa berbeda dengan aku yang harus merengek-rengek pada orangtuaku terlebih dahulu agar mereka mau menyekolahkan aku di sekolah yang sama dengan Jongwoon. Oleh karena itu, jongwoon selalu menyemangati aku agar belajar lebih keras lagi agar pengorbanan orangtuaku tidak sia-sia.
 Cukup lama aku berjalan dengan bersenandung kecil melewati gang ini. Aku tidak merasakan takut atau apapun karena aku sudah sering melewati jalan ini. Kalaupun ada yang berani menggangguku aku tinggal berteriak saja dan semua orang yang tinggal di sepanjang gang ini akan berhamburan membantuku. Hehehehe. Apakah aku terlalu berlebihan? Tapi aku memang benar kok karena orang-orang yang tinggal di sepanjang jalan ini mengenal aku dan jongwoon dengan baik. Suara kami yang berteriak-teriak sehabis pulang sekolah memang sering mengganggu mereka tapi kurasa mereka tidak akan keberatan. Kalian pikir kami aneh?? Aku juga berpikir demikian.
Aisssh… entah kenapa memikirkan Jongwoon  membuatku menjadi kesal lagi. Berani-beraninya ia mengusirku dan membiarkan aku pulang sendirian.
“JONGWOON SIALAN!!” Teriakku lantang. Setelah ini aku yakin suara ajumma atau ajusshi yang tinggal di daerah ini akan mengumpat-umpatku. Itu karena gang sempit ini dikelilingi rumah-rumah padat penghuni yang sebagian besar dari mereka adalah kalangan menengah kebawah. Ya, seperti orangtuaku contohnya.
“Hyun woo~ah… Kau gila!! Aku baru saja akan beristirahat karena pagi-pagi sekali akan berangakat ke pasar, kau malah berteriak malam-malam begini” Tiba-tiba saja Dong Wook Ajusshi sudah berdiri di hadapanku dengan berkacak pinggang. Omona.. mampus kali ini kau Song Hyun woo.
“Mianhae Ajusshi.. hehe” Ujarku sambil terkekeh tapi sebenarnya aku sudah memasang ancang-ancang untuk berlari. Dan satu… dua… tiga… Wushhh…. Dengan sekuat tenaga aku berlari meninggalkan Dongwook Ajusshi yang masih berkacak pinggang dan berteriak-teriak padaku. Hahaha… Mianhae ajusshi. Jeongmal mianhae.
Tapi sekuat apapun aku berlari sebentar saja aku sudah ngos-ngosan dan nafasku naik turun tidak beraturan. Hiyyaa… Dongwook Ajusshi mengejarku dan terlihat semakin dekat denganku. Aku panik dan berusaha berlari lagi dengan sisa-sisa kekuatan yang masih kumiliki tapi tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menarikku dan membekap mulutku. Apa-apaan orang ini! Kenapa dia menarikku seenaknya. Atau jangan-jangan dia penculik. Aduh… ottokhae? Jongwoon~ah tolong aku!!! Jeritku dalam hati. Bodoh sekali aku, sekeras apapun aku berteriak, teriakanku tidak akan terdengar karena Jongwoon tidak ada disini lagipula mulutku masih di bekap penculik ini. Sekelebat ide melintas di otakku. Rasakan ini penculik sialan.
“Aww!! Appo.. sialan!” Jerit penculik itu sambil meniup dan meremas tangannya yang baru saja kugigit. Benar. Aku menggigitnya. Salah sendiri kenapa dia membekap mulutku terlalu lama.
“Nuguya?!! Jangan macam-macam!” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Nafasku masih terengah-engah karena sebenarnya aku takut pada penculik ini tapi seseorang pernah berkata padaku, ‘Saat kau di depan musuhmu jangan pernah menunjukkan rasa takutmu di hadapannya’
Orang itu—si penculik sialan itu—membuka masker yang di pakainya dan sukses membuatku terkejut. Omo! Orang ini, kan??
xoxo
“Aku Cho Kyuhyun. Kau ingat? Aku sunbaemu ”
Tentu saja aku ingat. Kyuhyun sunbae sangat terkenal di sekolah bukan hanya karena ketampanannya tapi juga karena dia adalah salah satu pesaing Jongwoon. Aku dengar dari salah satu sahabatku yang sekelas dengan Jongwoon dan kyuhyun kalau mereka sering bersitegang dan adu argument saat diskusi.
“Sunbae, mian. Aku kira kau…”
“Penculik?”
“Ne.. jeongmal mianhae” Ujarku sambil menunuduk tak berani menatapnya. Aissh.. benar-benar memalukan sekali tindakanku tadi.
“Kenapa sunbae bisa ada disini?” Tanyaku dengan heran. Orang seperti kyuhyun subae yang notabene orang kaya kurasa tidak akan pernah melewati gang sempit seperti ini kecuali kalau benar-benar ada urusan penting.
“Memangnya kenapa? Aku sering lewat disini kok”
“Jinja? Kenapa aku tidak pernah melihat sunbae yah?”
Aku mengusapkan ujung telunjukku di hidung pura-pura berfikir keras. Hmm.. aku tau dengan pasti apa tujuannya sering melewati gang ini. Pasti dia berusaha untuk memata-matai jongwoon.
“Ah.. sudahlah. Kenapa kau tidak memikirkan urusanmu saja jangan mengurusi orang lain”
Seakan paham tatapanku yang mengintimidasinya kyuhyun sunbae langsung menghindari topik itu. Sayang sekali, padahal aku berniat mengerjainya tadi.
“Kenapa ajusshi tadi mengejarmu?” Tanya kyuhyun sunbae yang sukses membuatku tergagap. Masa aku harus jujur kalau aku telah membuat Dongwook ajusshi marah karena berteriak malam-malam. Itu kan sama sekali tidak lucu.
“Engg.. itu..”
“Jangan-jangan dia seorang psycho yang mau berbuat jahat padamu. Kalau begitu kau seharusnya melaporkannya pada polisi, kan?” ujarnya cepat sambil mengeluarkan ponsel dan mulai menekan sebuah nomor yang kuyakini adalah nomor kantor polisi setempat.
“Bukan..bukan..” sergahku cepat. “Ajusshi tadi mengejarku karena aku yang salah. Jadi sunbae tidak seharusnya melaporkan dia ke polisi”
“Kau yang salah. Wae?” Aisshh.. kenapa orang ini terlalu kepo untuk urusan orang lain.
“Itu masalah pribadi, sunbae”
Kyuhyun sunbae menatapku penuh selidik. Aku yakin sekarang dia mulai berpikir tentangku- yang sayangnya-samasekali tidak membuatku tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut karena aku harus segera pulang. Ibuku pasti mulai marah-marah di rumah dan mungkin berpikir kalau aku sedang bermain-main di luar dengan Jongwoon.
“Sunbae.. aku harus segera pulang karena ibuku sedang menungguku. Khamsahamnida karena telah menolongku.” Pamitku sambil menundukkan tubuhku Sembilan puluh derajat.
“Chamkaman.. Dimana rumahu?”
“Ne?”
Aku tidak yakin dengan pendengaranku, barusan kyuhyun sunbae menanyakan alamatku. Benar, dia bertanya dimana rumahku. Omo.. yang benar saja.
“Sunbae, aku tidak mengerti dengan jalan fikiranmu. Aku yakin sekali kalau kau pasti sudah tau kalau aku adalah tetangga Jongwoon. Kenapa harus berpura-pura tidak tau seperti itu” Cibirku padanya.  Kyuhyun sunbae kaget.
“Kau, tetangga gurita itu?”
“Gurita?! Tega sekali kau meyebutnya.—”
“Gurita. Wae? Kau marah?”
Sialan. Jadi dia mau main-main denganku ya. Sayangnya aku akan meladeninya kali ini. Bagiku, tak seorangpun boleh menghina Jongwoon. Kyuhyun sunbae pun tidak boleh. Meski dia namja paling tampan dan populer di sekolah.
“Jongwoon adalah orang yang baik, seratus kali lipat lebih baik daripada kau. Jangan menghinanya di depanku!!” ujarku sambil berkacak pinggang. Kyuhyun sunbae hanya tersenyum meremehkanku. Apa yang dia pikirkan tentangku sama sekali tidak membuatku penasaran.
“Jinjaa? Benarkah dia lebih baik dariku seratus kali lipat? Ckckck.. cintamu padanya memang sudah membuatmu buta, ya?”
”Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan, kyuhyun-sshi. Aku mau pulang sebelum kesabaranku benar-benar habis”
“Kenapa kau buru-buru begitu? Bagaimana kalau kau ikut aku pergi kesuatu tempat dulu?” apa yang baru saja dia katakana? Pergi kesuatu tempat?
“Jangan berpikir yang macam-macam dulu. Aku mengajakmu karena aku merasa tidak nyaman kalau pergi ke tempat itu sendirian. Itu sangat menyusahkanku.”
“Memangnya kemana?”
“Klub malam.”
“Mwoya?!!” teriakku kaget.
xoxo
"Menurutmu kenapa kita harus belajar sampai malam-malam begini? Aku lelah dan juga mengantuk. Kita berhenti saja, ya?" Ujarku sambil menguap. Jujur saja saat pertama kali Jongwoon mengajakku belajar bersama aku sangat antusias tapi sekarang aku menyesal. Harusnya aku menyadari sejak awal kalau dia tidak benar-benar berniat mengajariku mata pelajaran ini sebaliknya dia merencanakan hal terselubung yaitu menyiksa otakku. Aissshhh...
Aku melihat wajahnya masih datar seperti pertama kali dia tiba di rumahku malam ini. Wajahnya pun terlihat agak aneh. Sangat kaku dan tidak menyenangkan. Memang kata-katanya seringkali kasar tapi entah kenapa malam ini dia lebih kasar.
"Dasar manja! seharusnya kau itu bersyukur karena aku menemanimu belajar malam ini. Kalau hari lain jangan pernah berharap" Setelah sekian lama hanya berkutat dengan kertas-kertas putih membosankan itu akhirnya dia kembali bersuara. Masih dengan tingkahnya yang aneh  itu dia menaruh tangannya bersedekap di depan dada dan menatapku dengan tatapan tajam. Saking tajamnya aku pikir tubuhku akan ikut tercabik hanya sekali dia menatapku. Oh tuhan.. Apalagi kali ini? aku kan hanya bilang kalau aku lelah dan mengantuk dan ini sungguhan. Aku tidak berbohong.
"Tambah halaman membacamu dua puluh halaman lagi. Itu karena kau membuatku marah." 
Mwo?!"
 Yang benar saja,  dua puluh halaman lagi katanya. Orang ini... mentang-mentang aku menyukainya dia jadi seenaknya.
"Wae? Apakah kurang?" 
"Ani.. baiklah aku akan membacanya." Tukasku dengan cepat kemudian kembali berkonsentrasi dengan bacaanku. Entahlah.. apa aku masih bisa berkonsentrasi seperti yang aku inginkan kalau mataku saja tidak bisa diajak kompromi. Atau aku pura-pura konsentrasi saja, ya? Hahaha.. benar! Aku yakin kalau aku membantah lagi dia akan benar-benar menambah jumlah halamannya dan tidak akan memberiku waktu untuk tidur. Lagian Jongwoon tidak akan tahu.
Mungkin kalian pikir aku ini gadis bodoh. Mau-maunya saja disuruh-suruh Kim jongwoon. Tapi sekali lagi aku juga tidak tau alasan apa yang membuatku bertahan di sisinya selama ini dan menuruti perintahnya. Sepuluh tahun aku menyukainya secara sepihak.  Tidak tanggung-tanggung, kan. Aku rasa hanya gadis bodoh atau gila saja yang mampu bertahan dengan perasaan terpendamnya selama itu. Dan mau tidak mau aku harus di tempatkan di salah satu kategori-kategori itu.
Setelah itu aku hanya pura-pura sibuk dengan bacaanku dan jongwoon masih dengan tampang seriusnya mengerjakan pekerjaan rumah yang seosangnimnya berikan padanya tadi pagi. Jangan tanyakan lagi soal kemampuan otaknya. Kim Jongwoon biarpun dengan  tampangnya yang tidak meyakinkan seperti itu sebenarnya adalah salah satu murid teladan di sekolah kami. Dan aku... Song Hyun Woo, hanyalah seorang gadis bodoh yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Aku tidak pacaran dengannya. Tentu saja. Kami hanya bersahabat tapi dia  tidak mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Dan aku memang tidak berniat memberitahukan itu padanya karena jongwoon terlalu aneh. Ya.. dia memang aneh karena terlalu canggung dengan gadis-gadis yang memujanya setiap saat. Jongwoon yang pintar dan tampan tapi sangat dingin pada perempuan. Dan aku cukup beruntung karena sudah bersahabat dengannya sejak kecil dan jarak rumah kami yang dekat. Untuk itu aku tidak ingin dia menjauhiku karena aku memiliki perasaan cinta padanya.
"Kau sudah selesai?" Tanyanya sembari menepuk-nepuk pipiku dengan buku catatannya. Sontak saja aku terkaget-kaget karena aku masih terjebak dalam pikiranku sendiri yang melamunkannya dengan tidak tau malu 
"YA!! Sakit tau! Jangan memukulku seperti itu. Kau ini..."
Dia hanya menatapku dengan aneh kemudian menarik buku yang ada di pangkuanku. Oh gawat... jangan bilang dia mau me-ngetes ku setelah tadi aku pura-pura sibuk membaca.
"Hyun woo~ah.. Aku tau kau ini dari tadi hanya pura-pura membacanya. Kau kira aku bodoh sepertimu.." Ujarnya tenang tapi tiba-tiba aku tidak berani menatapnya setelah dia mengatakan itu. Dasar hyun woo pabo! Kenapa begitu gampangnya kau ketahuan seperti ini. Harusnya tadi kau ber-acting membaca dengan lebih baik.
"Mianhae.. Itu tadi karena aku lelah dan mengantuk. Aku kan sudah bilang dari tadi padamu" Lirihku masih menunduk. Sungguh aku takut sekali melihat dia marah.
"Aku kan sudah bilang dari awal agar kita belajar terlebih dahulu. Kau malah mengajakku bermain game. Lalu sekarang bagaimana? Besok kau akan ulangan bab itu dan kau belum membacanya sama sekali."
Tes... Aku tidak bisa menahan air mataku dan akhirnya aku menangis terisak. Yaa!! hyun woo pabo. Padahal dia sudah bersedia menemanimu belajar malam-malam begini kau malah membohonginya. Bagaimana ini.. aku benar-benar merasa bersalah padanya.
"Yaa.. jangan menangis. Baiklah.. aku tidak akan memarahimu, lagipula kalau kau mendapat nilai jelek itu bukan urusanku, kan?" Ujarnya sambil berberes-beres bukunya dan beranjak pergi dari kamarku. Pasti dia sangat kecewa padaku. Ottokhae?
"Jongwoon~ah.. Mianhae. Setelah ini aku berjanji tidak akan tidur dan akan melanjutkan bacaanku. Kau jangan marah.." Aku mengatakannya masih dengan terisak.
"Aku tidak mau kau melakukan itu karena kau merasa bersalah padaku. Karena percuma saja kalau kau tidak melakukan itu karena keinginanmu sendiri.." Ujarnya di ambang pintu kemudian dia benar-benar pergi. Aku masih sempat mendengar dia berpamitan pada appa dan eommaku yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Kim Jongwoon.. Dia pergi karena marah padaku.

xoxo
Setelah malam itu aku dan jongwoon tidak saling bertegur sapa dan itu karena aku yang terlalu takut untuk menyapanya. Dia mungkin tidak tau betapa tersiksanya aku memendam perasaan bersalah ini. Jongwoon~ah… aku benar-benar menyesal membuat pengorbananmu menemaniku belajar malam itu menjadi sia-sia. Aku ingin mengatakan itu padanya tapi aku malah berdiam diri dan menontonnya yang sedang bermain basket di lapangan bersama teman-teman laki-lakinya. Kaki ini seperti tertindih batu seberat satu ton dan seakan enggan untuk beranjak.
Jongwoon berhenti memantulkan bola basket setelah menyadari kehadiranku di sisi lapangan. Dia yang saat itu mengenakan kaos latihan berwarna merah berkerah putih kesukaannya itu hanya melirikku sekilas dan berjalan ke sisi lapangan dekat dengan tempatku berdiri dan mulai mengaduk isi tasnya. Aku yakin dia sedang mencari minuman di dalamnya dan minuman itu takkan pernah ia temukan karena dia terlalu pikun dan meninggalkannya di rumah. Dengan dorongan hatiku yang kuat entah kenapa aku mulai berani menghampirinya dan menyodorkan sebotol air mineral yang ku sembunyikan dari tadi di belakang punggungku.
“Jongwoon~ah… kau bisa meminum air ini kalau kau mau. Aku lihat…” aku melirik tangannya yang masih sibuk mengaduk tasnya yang jelas-jelas tidak berisi air minum yang ia cari.
“Tidak usah…” jawabnya dingin. Dadaku terasa sesak sekali. Dia bahkan tidak mau menatapku ketika aku berbicara padanya.
“Kau masih marah padaku soal…”
“Tidak.” Tukasnya cepat dan segera bangkit untuk kembali ke lapangan. Hey... apakah kesalahanku terlalu besar sampai dia tidak mau memaafkanku? Setidaknya kalau dia belum bisa memaafkanku berilah aku sedikit waktu untuk berbicara. Aku menghela nafas dengan frustasi kemudian dengan nekat aku menarik tangannya kembali kesisi lapangan. Tidak tau dengan kekuatan apa aku mampu menarik tubuhnya yang jauh lebih besar dari tubuhku yang mungil ini.
“YAA!! Kim jongwoon.. aku bahkan sudah meminta maaf padamu berkali-kali tapi kau masih saja bersikap seperti itu padaku. Katakan padaku, apakah kesalahanku itu terlalu besar?! Apakah aku tidak pantas untuk di maafkan?!!” Aku berteriak meluapkan emosiku di depannya. Tidak peduli anak-anak lain yang mulai menonton kami dengan tanda tanya besar di kepala mereka. Mereka pasti sangat heran karena aku dan jongwoon selama ini tidak pernah bertengkar tapi sekarang menjadi tontonan seperti ini. Yang selalu mereka lihat adalah pemandangan Jongwoon dan Hyun woo yang selalu bersama-sama seperti pasangan kekasih.
“Kau bahkan belum mengerti maksud ucapanku tadi malam. Song hyun woo… aku ingin kau sadar kalau kau sedang bermain-main dengan masa depanmu. Kau tau, orangtuamu mati-matian bekerja hanya untuk menyekolahkanmu di sekolah elit seperti ini. Dan kau…”
“Aku menyesal…”
“Tunggu… aku belum selesai berbicara.”  Tiba-tiba tangannya yang mungil untuk ukuran seorang pria itu menarikku dengan kuat. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkannya menyeretku entah kemana. Kami melewati lapangan masih dengan tatapan orang-orang lain yang semakin penasaran.
“Jongwoon~ah, kau mau membawaku kemana?” Lirihku sambil terisak. Aku rasa wajahku mulai tampak aneh karena air mata telah membuat make-up yang kupakai luntur. Sial sekali..
“Jelaskan padaku soal ini…” Teriaknya padaku dengan tangannya menunjuk papan mading yang terletak di tengah-tengah halaman dekat lapangan basket yang sebelumnya tidak pernah menjadi perhatianku karena setiap aku pergi ke lapangan basket Jongwoon selalu menjadi fokus utamaku.  Di sana tertempel foto seorang gadis berkaos biru dengan sedikit motif warna putih di lengan sedang berduaan bersama seorang pria di depan klub malam. Wajahnya mungkin tidak terlihat karena foto itu diambil dari belakang akan tetapi aku langsung mengenalinya. Gadis itu adalah aku dan kyuhyun sunbae. Tidak ada hal aneh yang kami lakukan hanya saja aku tau mengapa Jongwoon marah sekali padaku. Dia tidak pernah mengijinkanku untuk pergi ke klub malam. Apalagi tanpa sepengetahuannya.
Dan foto itu, siapa yang mengambilnya? Benar-benar kurang kerjaan. Aku terkesiap pelan kemudian aku ingat kalau aku sempat bertemu dengan Eun ri disana. Choi eunri.. anak itu benar-benar.
“Jelaskan padaku?!” bentakan jongwoon sekali lagi menyadarkanku yang terlalu sibuk dengan pikiranku tentang kemungkinan Eunri yang mengambil foto ini.
“Jongwoon~ah.. itu… itu…” Ucapku terbata-bata.
“Dari awal aku memang sempat berfikir kalau gadis di foto itu adalah kau. Hanya saja aku berusaha membantahnya. Tapi melihatmu yang semakin terlihat mengabaikan sekolahmu aku menjadi marah sekali dan semakin yakin kalau gadis itu memang kau.” Ujarnya sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, marah dan kesal.
Memang  semenjak kematian adik perempuannya enam tahun yang lalu praktis perhatiannya padaku semakin besar. Apalagi orangtuaku telah menitipkan aku padanya sejak lama. Dan itu membuat ia menjadi sangat protektif soal apapun tentang aku. Soal sekolah, teman yang kupilih dan laki-laki mana yang di pandangnya layak untuk berada di sisiku suatu saat nanti.
Mianhae… sekali lagi aku minta maaf padamu. Waktu itu aku  tidak sengaja bertemu dengan kyuhyun sunbae kemudian dia mengajakku ke klub malam itu. Tapi kau jangan berpikir yang macam-macam dulu. Aku hanya sekali saja pergi kesana dan kami tidak melakukan apa-apa. Kyuhyun sunbae hanya meminta bantuanku. Sungguh.” Ujarku panjang. Aku tidak berharap dia akan memafkanku kali ini akan tetapi dengan segenap hati aku ingin meyakinkannya. Meyakinkannya kalau Song Hyun Woo adalah tetap seorang dongsaeng ataupun sahabatnya yang dulu. Aku memang tidak berubah dan tidak berniat berubah. Aku ingin tetap menjadi seorang gadis yang baik dan hal itu bukan karena Jongwoon semata. Aku ingin tetap menjadi gadis baik untuk Appa dan eommaku dan tentu saja untuk diriku sendiri.
Xoxo
Sangat sulit sekali kalau kau harus menjauhi orang yang kau sukai. Meski akal sehatmu memaksamu untuk menjauhinya hatimu malah berkata sebaliknya. Tapi omong-omong kenapa aku ada disini sekarang? Ku edarkan pandangan keseluruh sisi tempat ini. Lapangan basket. Lagi.
Sial. Apa yang kau lakukan, song hyun woo. Pabo. Lagi pula ini sudah sore. Jogwoon pasti tidak ada disini. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Berulang kali kurapalkan mantera sakti itu. Mantera itu cukup membantuku beberapa hari ini. Setidaknya aku bisa menahan diriku untuk tidak menangis setiap kali aku merindukan jongwoon.
Seminggu. Sialan, bahkan ini hanya seminggu semenjak aku berusaha tegar tanpa jongwoon di sisiku sekarang aku masih bisa merasakan kehadirannya. Maksudku, aku memang berpapasan dengannya sekali-kali di sekolah atau saat aku tidak sengaja melihatnya keluar rumah. Tapi perasaan ini rasanya berbeda. Seperti orang itu hidup di hatimu. Tidak pernah menjauh sedetikpun.
Entah ini hanya halusinasiku saja atau apa tapi aku bisa melihat orang itu. Kim jongwoon. Dia berdiri dihadapanku dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah. Pasti akhir-akhir ini dia berlatih semakin keras. Lebih keras dari teman-teman se-tim nya yang lain.
Dengan menundukkan wajah aku tidak berani menatapnya, kakiku mulai berbalik dan berniat menjauhkan tubuhku dari hadapannya.  Kurasa aku memang tak pantas lagi mendapat kepercayaan darinya setelah peristiwa itu apalagi mengharapkannya membalas perasaanku. Tidak.. kau memang pantas mendapatkannya. Tatapan kecewa itu. Apapun yang lebih buruk dari ini.
Tapi baru selangkah kakiku beranjak dengan perlahan tangannya menahanku. Dengan perlahan dia membawaku kedalam pelukannya yang hangat. Pelukan yang selalu ada saat aku takut. Pelukannya yang sanggup melindungi aku dari apapun. Tapi pelukannya kali ini terasa berbeda. Rasanya seperti orang yang takut kehilangan.
Jebal… jangan mengulanginya lagi. Dengan kyuhyun atau siapapun. Rasanya sangat sakit melihatmu berdekatan dengan namja lain”
Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Seseorang, tolong sadarkan aku. Tidak benarkan kalau jongwoon mengatakan itu padaku? Itu sama saja seperti dia mengatakan kalau dia menyukaiku. Yang benar saja… jongwoon pasti tidak bermaksud mengatakan hal itu. Pasti itu hanyalah tentang obsesinya yang ingin menjadikan aku pengganti adiknya.
“Itu tidak mungkin kan, kalau kau mencintaiku?” lirihku hampir tak terdengar. Tanpa sadar aku menyuarakan apa yang ada dipikiranku. Tapi telinga jongwoon memang sangat peka. Dia tersenyum geli dan semakin mempererat pelukannya. Otakku memang tidak sepandai dirinya tapi kurasa perasaanku benar. Dia sepertinya….. mencintaiku. Tapi kenapa?
Saranghae, song hyun woo “
“Na-nado” jawabku terbata-bata. Kurasa jantungku sedang jumpalitan sekarang. Perasaanku terbalas bahkan dia yang mengatakannya terlebih dahulu. Setelah aku mengecewakannya.
“ Kau bisa mengataiku pabo atau apapun. Aku memang pabo karena tidak mengatakannya dari dulu. Aku juga pabo karena tidak menepati janjiku untuk tidak pergi ke klub malam. Sebenarnya, nado Saranghae, Kim jongwoon.”
“Baiklah. Kau memang Pabo!” teriaknya.
“Kau juga”
“Kurasa itu juga benar. Tapi kau sangat menyukaiku yang bodoh ini, kan?”
“Tidak..”
“Bohong.. kyuhyun sudah mengatakannya. Malam itu kau memarahinya karena dia mengataiku gurita. Dan kau juga mengatakan kalau aku seratus kali lipat lebih baik darinya”
“Itu karena..” ucapku menggantung kalimatku. Entahlah, rasanya sangat sulit mengatakannya langsung. Kata-kata apapun dan dalam bahasa apapun tidak akan cukup mewakili perasaanku padanya.
Chu~
Aku berjinjit dan mendaratkan kecupanku di bibirnya. Singkat. Tapi kurasa itu cukup layak mewakili perasaanku.
“YAA! Kau gadis nakal. Apa yang kau lakukan?! Kau mencuri first kissku”
Flasback
Author POV
“Apa yang kalian lakukan di klub malam itu?”
“Kau sungguh ingin tahu?” Sahut Cho kyuhyun dengan tatapan mengejek.
Jongwoon yang emosinya memang sedang meluap-luap itu tidak mampu menahan amarahnya dan mendorong serta menekan tubuh cho kyuhyun ke dinding.
“Ba-baiklah, aku akan mengatakannya.” Ujar kyuhyun dengan takut-takut. Oke, setidaknya dia mulai paham kalau jongwoon tidak sedang berada dalam mood yang baik sekarang.
“Katakan..” desis jongwoon tajam. Tatapannya tidak lepas dari wajah kyuhyun.
“Aku sangat malu soal itu. Kau pasti akan menemukan hal baru untuk mengejekku. Itu… sebenarnya aku hanya ingin…” kyuhyun menggantung kalimatnya. Demi apapun, dia tidak ingin membocorkan rahasia keluarganya dan mendapatkan ejekan lagi dari kim jongwoon.
“Aku mendapat informasi kalau ayahku mabuk dan main gila dengan perempuan di klub malam itu. Aku mengajak hyun woo semata-mata agar dia mau membantuku. Kau tahukan kalau anak sekolah menengah atas tidak bisa masuk kesana. Jadi, kurasa hyunwoo akan cukup membantuku mengecoh satpam itu agar aku bisa masuk tanpa ketahuan”
“Jadi, hyunwoo tidak masuk kedalam sana?”
“Tentu saja tidak. Dia tidak akan mau meski aku memohon padanya berkali-kali. Kurasa anak itu sangat patuh padamu.” Jongwoon melepaskan tubuh kyuhyun dan membiarkan dia memijat bahunya yang terasa sakit karena terbentur dinding cukup keras.
“Apalagi yang terjadi malam itu?” Tanya Jongwoon penasaran
“Tidak banyak. Hanya…”
Kyuhyun kemudian menceritakan semua yang terjadi pada malam yang panjang itu. Semuanya. Termasuk soal… ya, kalian tahu sendiri lah… soal itu. Iya, soal itu. *Dodit mulyanto mode on. hahaha*
Perihal perasaan hyun woo pada Jongwoon. Tentu saja. Apalagi?
Hahaha. Itu ending yang geje, kan? Mianhae… otakku tidak bisa  membuat ending yang lebih dari ini. Maklum.. kurang jam terbang. *mulai kepakkan sayap*
Yesung : “apaan sih lu.. ga nyambung banget”
END